Cerpen : Anakku

IMG 20230408 163415 1 - Zonanusantara.com
Ist

 

Oleh Hendrika LW

Read More

Hatiku berdebar-debar sedari tadi. Pikiranku kalut. Sama sekali tak bisa memusatkan perhatian pada pekerjaan yang menumpuk di meja.

Secangkir teh panas yang tadi kuseduh di pantri pun, belum mampu mengusir kegelisahanku. Hmm, ada firasat apa ini?

Kulayangkan pandangan ke langit-langit. Melafal doa.

Panggilan suara dari anakku sungguh membuatku terperanjat. Handphone di tanganku hampir saja terjatuh.

Segera kularikan Alphard hitamku. Jalanan yang agak lengang, membantu lajuku makin cepat. Aku tergegas menuju ruang pemeriksaan. Sayup-sayup kudengar suara mereka, menginterogasi anakku.

“Silahkan menunggu di sini, Pak.” seorang petugas menyambutku. Dari kaca jendela, kulihat anakku tertunduk memakai kaos oranye. Wajahnya kuyu. Seperti bukan anakku.

Baca Juga :  Puisi Rumah Persungutan - Episode Kedua

“Ya, Tuhan.” darahku seakan berhenti mengalir. Tak pernah terbayang, anak kesayangan yang selalu membuatku bangga, seketika menjatuhkanku dan menyeretku pula ke pengadilan.

Bak langit runtuh. Karir yang sudah kubangun dengan susah payah selama bertahun-tahun, hancur berkeping.

Seperti nila setitik, rusak susu sebelanga. Kini, orang-orang tak lagi melihat kebaikanku. Kepercayaan mereka lenyap sudah, apalagi rasa hormat. Bahkan semua mencibirku, tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya. Aku telah kehilangan segalanya.

“Nak, ayah sudah memberikan semuanya yang terbaik. Kenapa kamu seperti ini?”

“Maafkan aku, Ayah.”

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *