Awan Hitam di Atas Pelangi (1)

IMG 20220201 185531 - Zonanusantara.com
Ist
IMG 20220201 185531 - Zonanusantara.com
Ist

Oleh Toha Temon

Rintik hujan yang turun sejak siang belum juga berhenti. Walau tak deras, cukup lama air raksasa dari langit itu  membasahi bumi, rumah dan pelatarannya. Rinai hujan itu baru berhenti selepas isya.

Read More

Sukardi pengusaha pemotongan ayam di bilangan pasar Palmerah seperti enggan untuk beranjak dari tempat duduknya. Karena hujan yang cukup lama membuat suasana malam itu semakin dingin. Kartinah istri sukardi selalu setia menemaninya,
duduk bersandar pada bahu sukardi.

“Haaamm… sudah jam berapa ni dek,” tanya sukardi.

“Jam sembilan kurang mas,”timpal Kartinah sambil melihat jam tangannya.

“Ya udah dek.. kita harus segera tidur supaya besok pagi kita bangun tidak kesiangan,” ajak sukardi pada istrinya.

Kartinah hanya mengangguk dengan ajakan suaminya.
Setelah mematikan televis Kartinah berjalan menuju kamarnya. Sukardi, memeriksa pintu dan jendela rumah, untuk memastikan kalau pintu dan jendela sudah dalam keadaan terkunci. Setelah mematikan lampu ruang tengah Sukardi menyusul istrinya ke kamar.

Baca Juga :  Puisi akhir pekan : Ini Aku Bunda

Rumah besar itu mendadak sepi seperti tak berpenghuni.
Sukardi dan istrinya tenggelam di balik kelambu. Hanya sesekali terdengar rintihan kecil yang keluar tanpa sengaja dari bibir tipis Kartinah.
……..
Bunyi katak di kejauhan semakin terdengar bersautan seiring dengan berhentinya rintik hujan.
Semilir angin perlahan mulai terasa seperti hendak berusaha menyibakan gumpalan awan menutup wajah rembulan.

Dingin malam itu, lebih terasa sendu karna bintang bintang mulai terlihat di atas langit biru.

Pasangan suami istri, pemilik rumah besar itu pun kini terlelap penuh keringat, dengan nafas nafas lelah yang terengah-engah.
…………………..

Seperti alunan simponi ditengah malam. Semua bersenandung…
Semua bersautan….
Katak gendang menabuh… Jangkrik kumbang berdendang… dan belalang padi menari nari…
seakan akan menunjukan kegembiraan atas meredanya hujan menyambut cahaya rembulan.

Namun…
entah kenapa…
simponi malam yang begitu indah terdengar seketika berhenti.

Dari gelapnya malam terlihat beberapa bayang hitam mengendap endap, memasuki pelataran rumah besar bertingkat dan menghilang di balik tembok rumah itu.
………
Jam dinding berdentang dua kali menandakan saat itu tepat jam 02 dini hari. Sukardi tengah asyik dengan tidurnya setelah lelah, menjalankan tugas sebagai suami. Namun keasyikan sukardi dalam menikmati tidurnya mendadak tergaganggu mana kala telinga sukardi lamat lamat mendengar bentakan bentakan keras. Ia mulai terjaga dari tidurnya. Matanya dibuka perlahan.

Baca Juga :  Puisi : Utopia Bukan Rekaan

Awalnya Sukardi tak percaya dengan keadaan itu. Mungkin ia berharap ini sebuah mimpi dan tidak terjadi pada alam nyata.
Beberapa orang dengan memakai penutup muka ala ninja menerobos masuk kamarnya. Para penjahat itu mengikat istri Sukardi.  Krtinah meronta ronta.
Mulutnya dilakban penjahat.

“Ckckck… bos kita ternyata sudah bangun ya,”kata salah seorang menghunuskan golok di leher Sukardi. Malam itu laksana malam jahanam. Sukardi sadar ia dan istrinya dalam keadaan bahaya. Disandera perampok.

“Hei… cepat kau tunjukan dimana hartamu disimpan…!
Kalau tidak ingin ada yang jadi korban…! bentak perampok yang berdiri tegak.

Bersambung….

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *