Banyak Pihak Sesalkan Wali Kota Sutiaji Kunker ke Yogyakarta

IMG 20220305 WA0038 1 - Zonanusantara.com
Rombongan pejabat kota Malang wisata ke Gunung Merapi

 

IMG 20220305 WA0038 1 - Zonanusantara.com
Rombongan pejabat kota Malang wisata ke Gunung Merapi

MALANG – Kunjungan kerja (Kunker) Wali Kota Malang, Sutiaji menuai sorotan dari berbagai pihak. Hal ini lantaran kunker alias studi banding itu, dinilai tidak tepat dan minus manfaat. Apalagi dalam kunker tersebut, Sutiaji menyertakan rombongan pejabat termasuk sang istri Widayati.

Read More

Sebelumnya, sekretaris komisi B DPRD Kota Malang, Arief Wahyudi menyesalkan studi banding Sutiaji ke Yogyakarta hanya untuk bertukar ilmu penataan tata ruang yang ada di Kota Yogyakarta, dinilai tidak memiliki kepekaan sosial.

Baca Juga :  Cak Nur - Heli Suyanto Resmi Maju Sebagai Pasangan Pilwali Kota Batu 2024

Selain anggota dewan, kritikan juga disuarakan Presidium Dewan Kampung Nuswantara, Bambang Guntur Wahyudi. Pria yang akrab disapa GW ini menjelaskan, seharusnya Sutiaji menyelesaikan pelolemik Malang Halal, dan Malang toleransi.

“Wali Kota Malang tidak memiliki kepekaan sosial, seharusnya teman-teman diajak berdiskusi untuk menyelesaikan pelolemik Malang Halal, dan Malang toleransi, kok malah di tinggal ke Yogyakarta,” ucap GW, Senin (7/3).

Sedangkan, lanjut GW, studi banding ke Yogyakarta tersebut, kini menjadi perhatian, terlebih statement Wali Kota Malang, Setiaji yang menyampaikan jika Kota Malang dengan Kota Yogyakarta memiliki kemiripan atau persamaan

“Statement beliau yang menyampaikan Kota Malang memiliki kemiripan dengan Kota Yogyakarta, itu menimbulkan persoalan baru, yang mana kesamaannya?,” jelasnya.

Baca Juga :  Gaungkan HPKN, Yogyakarta Royal Orchestra Gelar Konser di Jakarta

GW mempertanyakan, statement Kota Malang yang menilai kota Malang memiliki kemiripan dengan kota Yogyakarta. “Mirip apanya,” tanya GW.

“Kalau menganggap ada kesamaan, itu dalam kontek apa?, kalau dari historis, jauh antara Yogyakarta dengan Malang, dari konteks karakter sosial, desain konstruksi bangunan yang banyak kesamaan itu apa,” tegasnya.

Untuk itu, lanjut GW, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang bersama DPRD Kota Malang berani membangun komunikasi yang elegan, agar permasalahan-permasalahan yang timbul dapat teratasi.

“Bangunan komunikasi yang lebih elegan, jangan hanya berkacamata dari sisi penguasa, tapi jadilah pemimpin, jangan berbicara sebagai penguasa, jadilah pemimpin yang demokratis, pemimpin demokratis itu yang mau dan mampu berdialog dengan semuanya, ini yang mesti dilakukan,” pungkasnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *