Siang itu cerah. Namun tidak gerah. Matahari di seputaran gunung Bromo, menyajikan hawa menyejukkan. Sepoi angin melambai menyambut kedatangan para tamu.
Hari itu, sekitar 50an orang yang tergabung dalam organisasi Persatuan Artis Film (Parfi) Malang Jawa Timur, menyelenggarakan acara silaturahmi antar anggota di Persinggahan Tunggul Ametung, Gubuk Klakah, Tumpang, Malang.
Pertemuan di pelataran Kedai Kopi bernuansa bambu di Lereng Gunung Bromo tampak asri membuat suasana sangat familiar. Peserta yang datang dari berbagai sudut kota Malang, Kabupaten Malang, dan Surabaya, larut dalam acara yang dihelat khusus untuk memperkokoh kebersamaan, membangun passion di dunia perfilman tanah air.
Keceriaan diselingi canda tawa, memaksa atmosfer waktu seperti tak mau bergeser dari porosnya. Kemesraan tercecer di sana sini namun dalam satu kemasan. Merawat kebersamaan butuh kerjasama yang baik.
Kekompakan pengurus Parfi Malang Raya, memantik apresiasi pengurus Parfi Jawa Timur, Hj. Mieke Sifora. Bendahara Umum DPD Parfi Jawa Timur, terus menyemangati organisasi dunia keartisan yang dinahkodai Rossa. Bukan tanpa alasan. Mieke Sifora salut atas sinergitas yang dibangun anggota Parfi Malang, dalam menjaga keharmonisan. Pelangi masih ada dan hanya waktu yang bakal bercerita tentang kebersamaan yang dirajut Parfi Malang.
“Saya bangga dengan kinerja Parfi Malang. Kekompakan ketua dan anggota harus terus dijaga untuk kemajuan bersama, karena memang tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri,’ katanya.
Jika kebersamaan itu dianalogikan sebagai sebuah lukisan, maka membutuhkan sentuhan agar tetap indah, seindah peran di dunia acting. Hidup ini panggung. Parfi adalah pemiliknya. Pementasan film adalah drama-drama kehidupan yang dimainkan dengan peran masing-masing.
Di lereng gunung Bromo, hanyalah sepenggal kisah di mana anggota Parfi satukan tekad untuk melangkah. Episode selanjutnya akan dituangkan dalam pertunjukan film yang diprakarsai Ketua Parfi Kota Malang, Hj. Rossa S. Romlah.
Biduan yang telah lama berkecimpung di dunia perfilman ini, bertekad untuk terus berkarya dalam mengembangkan dunia perfilman.
Parfi ini organisasi profesi perfilman yang dilegalkan pemerintah yang harus kita kembangkan sesuai AD/ART,”jelasnya.
Perempuan yang selalu tampil energik ini, idenya tak pernah lusuh. Alur pikirannya laksana seniman memainkan kuas di atas spanram demi sebuah gagasan. Ia telah mendesain Bengkel Cafe Parfi yang bermarkas di Kedai Kopi Tunggul Ametung. Di Cafe milik Ide S. Roseno yang juga pengurus Parfi, akan dijadikan tempat beraktualisasi. Tempat mengekspresikan seni dan budaya.
Jauh dari itu, anggota Parfi dilatih agar tidak mengabaikan prinsip-prinsip money oriented. Bahwa apa pun peran yang kita lakoni, asap dapur harus terus mengepul. Anggota harus mengeksploitasi potensi diri secara utuh, mandiri, dan kreatif, agar berharga, elegan dan bermartabat di mata publik.
Romantisme pelataran gunung Bromo makin asyik saja dengan penampilan tarian tradisional bertajuk “Merak”. Perlahan alunan musik Bung Anto, membawa peserta terbang bersama tembang-tembang kenangan suguhan penyanyi dari Parfi.
***
Hembusan angin di pelataran lereng gunung Bromo menyapu. Temaran senja di ufuk barat melempar isyarat, hari segera berganti malam.