Cerpen : Baper

Screenshot 2023 08 30 13 31 22 44 965bbf4d18d205f782c6b8409c5773a4 - Zonanusantara.com
Ist

 

Oleh : Yosef Naiobe

Read More

Sungguh mati sejak kecil sampai sekarang aku tidak pernah tahu dan merasakan virus bernama baper yang menyerang rongga dada ini hingga terasa sesak dihajar makluk aneh itu. Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Kebanyakan orang sudah lelap tertidur.

Tinggal aku yang masih mendengkur di kamar seorang diri. Mata tak mau terpejam. Terperangakap dalam kelamnya malam. Alunam musik penghantar tidur juga tak mampu merayu tubuh ini agar bisa pulas. Ranjang terasa seperti ranjau yang menusuk perasaan. Jarum jam berdenting berkali kali menerobos malam hingga jago ikut terbangun dan mulai berkokok bersahut-sahutan.

“Saya mencintaimu dengan cara membabibuta. Seperti pagi buta tanpa sedikitpun pencahayaan dari matahari. Cinta memang buta. Tanpa melihat titik kelemahan dan masa lalu aku yang kelam, sekelam malam ini,” guman Frangky.

Bercumbu dengan malam. Menikmatinya sambil membayangkan wajah Angela kekasihnya bagaikan layang – layang melayang di atas langit atap rumahnya. Rumah yang ditempati Frangky berupa sebuah bilik bambu beratapkan alang-alang tampak sederhana. Rumah itu peninggalan almahrum ayahnya. Semasa hidup, Parno ayah Frangky seorang petani sederhana jauh dari kehidupan mewah atau sekedar disebut hidup pas-pasan. Untuk menyambung hidup dan kebutuhan Frangky, Parno terpaksa bekerja mati-matian. Serabutan. Pantang menyerah. Membajak sawah milik tetangga hasilnya dibagi dua.

Keluarga Parno hidup di bawah garis kemiskinan. Serba berkekurangan. Istrinya Siti Fadilah, kadang ikut membantu mencari nafkah dengan menjual jamu gendong. Ia lakoni setiap pagi hingga terik membakar kulit. Pekerjaan tambahan lain, Siti Fadilah menjual jasa mencuci pakaian secara manual bila ada yang membutuhkannya. Untuk pekerjaan tambahan ini, Siti Fadilah tidak mematok harga. Ia rela dibayar seikhlasnya. Dihargai jasanya dengan beras atau pun singkong, ia menerimanya dengan lapang penuh rasa syukur. Semuanya ia lakoni sebagai sebuah realita yang ia dan suaminya hadapi. Mereka tidak pernah memandang kehidupan ini sebagai suatu pentas drama atau panggung sandiwara, apalagi mengutuk nasib.

Baca Juga :  Puisi - puisi akhir Pekan

Frangky adalah anak semata wayang. Ia bisa menikmati bangku sekolah dan berkenalan dengan Angela. Sejak kecil Frangky sudah dilatih hidup mandiri.  Nenyelami sungguh keberadaan orangtuanya. Ia harus menerima kenyataan hidup bersama keluarga yang sangat sederhana. Di sekolah Frangky termasuk anak pintar. Hingga suatu waktu ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan. Duduk di bangku SMA, satu sekolah dengan Angela. Di sinilah asmara dua remaja ini mekar. Diam-diam Frangky jatuh cinta pada gadis bermata sipit dengan dagu bagai mayang mengurai senja.

Siang itu dua sejoli ini baru saja dilanda prahara salah paham. Musababnya saat liburan, Frangky pulang kampung. Angela mulai gelisah dan was-was. Perasaannya digerogoti prasangka negatif terhadap cowok yang dikenalnya dua tahun silam. Angela curiga Frangky akan menemui Debora mantan kekasihnya sebelum berkenalan dengan dirinya. Apalagi, Debora tinggal satu kampung dengan Frangky di pelosok pedalaman Rangkasbitung. “Enjel aku mau pulang kampung. Jangan baper ya,? pinta Frangky.

“Apa? Pulang kampung,? Timpal Angela. Kenapa tidak memberitahu aku dari kemarin. Angela mulai tersulut api cemburu. Sejuta alasan yang disampaikan Frangky tidak satu pun masuk di kepalanya. Gadis bermata lentik sintal plus itu, cantik alami tanpa polesan. Ia terbakar oleh perasaan cemburu mendengar berita Frangky akan pulang kampung.

Akan bicarakah ia di malam sepi. Kala embun jatuh berkilau seperti anggrek yang menyerupai merpati putih. Jauh di libuk hati, kerinduan Frangky mengembara ingatan gerimis. Perangai Angela yang pernah ia manja di sudut sekolah, tiba-tiba muncul.

Ketika seluruh alam diburu resah. Bisik liri bermetamorfosis dengan rayuan antara kerinduan yang membuat matanya terpanah oleh pesona kecantikan Angela yang menggoda hasrat.

Langit malam diterangi kembang api menggelegar seperti gemuruh petir, bergema sampai jauh.

Di seberang sana Angela tidak tidur semalam suntuk. Kelopaknya memerah oleh derai air mata. Perasaannya tersumpal, dilanda hantu baper. Ia membayangkan Frangky bakal menyisakan waktu untuk bertemu Debora. Angela khawatir, cinta lama bersemi kembali. Kecemburuan hatinya bertebaran bersama rindu yang mengembara untuk Frangky. Ia tak ingin menjauh meski hanya sejengkal. Sosok yang ia idolakan seperti magnet yang membikin cewek tinggi semampai ini mabok kepayang. Setiap pentas musik, Frangky selalu manggung. Lagu-lagu yang dinyanyikan melankonis. Syairnya sangat romantis.

Baca Juga :  Langit Jingga di antara Film Sarah

Sebagai seniman musik, anak band banyak kumbang-kumbang ingin mendekat. Rambutnya yang dibiarkan sedikit gondrong, mirip Dedy Dores, simetris dengan jiwanya sebagai vokalis. Frangky suka melantunkan lagu-lagu yang menguras emosi pendengar. Banyak cewek tergila-gila padanya. Namun ia memiliki hati yang teguh seperti karang yang tak mudah goyah oleh godaan, selain Angela.

Pagi itu, Angela enggan memetik keceriaan bersama mentari yang melempar senyum dari balik tirai. Ia masih saja terusik dan dirasuki perasaan cemburu. Sudah satu bulan ia terpisah dari Frangky. Ia juga belum mau move on untuk berdamai dengan perasaannya. Tiba-tiba bell rumahnya berbunyi. Setelah menengok melalui jendela, ia melihat pegawai Kantor Pos dan Giro berdiri sambil memandang kearah pemilik rumah sambil memanggil.
“Surat… Suraaaat,” teriak pegawai berseragam orange itu.

Angela buru-buru membuka pintu. Secepat kilat ia menyambar surat yang ternyata dari Frangky.

***

Angela, kekasihku!
Ketika terik mentari membakar kulit.
Kutulis surat ini dari bilik rumahku. Rumah peninggalan orangtua yang sangat sederhana namun bersahaja. Aku tidak tahu apakah rumah ini kelak akan menjadi langit untuk kita menatap matahari yang sama.

Cinta yang tumbuh mekar di antara kita menghantarkan kita untuk berikrar di atas kesetiaan pada malam yang menyulam senyummu.

Andaikan esok kita hidup seatap, itulah mimpi yang selama ini menemani tidur malamku. Mimpi hidup bersamamu adalah suatu keniscayaan. Resah mendesah ingin memeluk dirimu. Semoga saja semesta merestui.

Frangky.

 

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *