JAKARTA-, Video adu mulut antara Bupati Sikka, Robi Idong dengan seorang jurnalis, Johni Nurak (Selasa, 20/6) yang viral di berbagai platform media sosial saat ini mendapat respon yang semakin bias dari para netizen. Sebagian besar netizen menilai Robi Idong tidak bijak dan menunjukkan sosok aslinya sebagai pemimpin yang congkak, terlepas dari hubungan personalnya dengan sang jurnalis.
Menurut Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus, SH ekspresi kecongkakan Robi Idong kepada seorang jurnalis yang sedang melakukan tugas peliputan tidak mencerminkan dirinya sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Robi Idong secara tanpa sadar telah menderai positioning atau tagline PDI sebagai “partai wong cilik,” dekat dengan rakyat. Namun Petrus Selestinus paham, bahwa Robi Idong adalah kader karbitan PDIP.
“Robi Idong tergolong kader karbitan PDIP Sikka, yang masuk PDIP setelah terpilih menjadi Bupati Sikka 2018. Sebagai kader karbitan Robi Idong seharusnya menjaga marwah PDIP sebagai partai wong cilik. Tapi karena kecongkakan sebagai sifat bawaannya dia mencederai partai yang membesarkannya,” tegas Petrus Selestinus, SH melalui rilisnya yang diterima media ini, Sabtu, 24/6.
Menurut Petrus Selestinus, Robi Idong tidak layak untuk dicalonkan kembali sebagai Bupati Sikkka pada Pilkada 2024. PDIP akan sulit menang pada Pilkada Sikka 2024, jika masih mengusung Robi Idong. Lebih baik PDIP usung kader tulen PDIP Sikka atau sosok yang memiliki kompetensi dan integritas yang sesuai dengan positioning PDIP atau dosok yang paham tentang visi misi dan suasana kebathinan PDIP.
Untuk memperkuat argumentasinya, bahwa Robi Idong tidak layak dicalonkan kembali oleh PDIP untuk maju pafa Piljada Sikka 2024, Petrus Selestinus secara gamblang 7 (tujuh) karakter buruk Robi Idong akibat dosa asal bawaan lahir, yaitu sifat “congkak”, antara lain :
Pertana, Robin Idong menghasut Ketua DPRD untuk duel dengan anggota DPRD saat sidang DPRD Sikka 17/2/2022. Kedua, Tiga orang Satpol PP dipukul oleh Roby Idong di kediaman pribadinya pada 24/3/2021. Ketuga, pengawas bangunan nyaris ditendang saat meninjau Puskesmas di Waigete pada 24/6/2021.
Keempat, pada 20/6/2023, melarang wartawan iNews TV untuk mengambil video hingga terjadi adu mulut dan menjadi viral. Kelima, disoraki sebagai Bupati pembohong karena tidak memenuhi janji kampanye 100 hari usai terpilih jadi Bupati untuk menyelesaikan masalah tanah ex HGU Patiahu. Keenam, puluhan proyek mangkrak, termasuk Jaringan Air Bersih IKK Kecamatan Paga Mata Air Ijukutu senilai Rp. 4.205.065.378,- dll. Jetujuh, janji membangun Menara St. Paulus Yohanes II di Satadion Samador di Sikka, di hadapan Uskup, Pimpinan DPRD Sikka dan Umat Katholik, dengan modus groundbreaking, namun diingkarinya tanpa merasa berdosa.
“Dari rentetan 7 (tujuh) karakter buruk yang dirangkum dari berbagai peristiwa selama Robi Idong menjadi Bupati Sikka, terlebih-lebih setelah menjadi kader PDIP dan sifat congkaknya yang dipertontonkan secara liar tanpa rasa malu dan bersalah di depan publik memang mengundang tanya. Apakah Robi Idong sedang mengidap “kepribadian ganda” dan apakah PDIP tidak melalukan test kepribadian ketika Robi Idong masuk menjadi anggota dan diposisikan sebaga kader PDIP?”, tanya Petrus Selestinus dalam keheranan.
*Memalukan*
Petrus Selestinus lebih lanjut mengatakan, banyak pemimpin daerah yang membuat peristiwa di daerahnya menjadi viral, namun yang jadi viral itu tentang prestasi membanggakan dari Bupati yang bersangkutan, bukan sebaliknya berita viral karena arogansi, kecongkakan, dusta dan perilaku tercela lainnya sebagaimana yang dipertontonkan oleh Robi Idong selama 5 tahun memimpin Sikka.
Peristiwa memalukan terbaru adalah pada 20/6/2023, ketika warga dari Suku Soge dan Suku Goban menggelar aksi demo di lokasu eks HGU di Patiahu, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, dimana kedatangan Robi Idong bersama keluarga dengan angkuhnya itulah yang memancing emosi dan amuk warga Suku Soge dan Suku Goban, karena Robi Idong datang bukan membawa “solusi” tetapi menjadi “biang” masalah.
Warga Suku Soge dan Suku Goban masih terngiang-ngiang meningat janji palsu Robi Idong yang waktu kampanye bahwa dirinya akan menyelesaikan kasus tanah ex. HGU milik Gereja yang bermasalah dengan kedua suku itu, hanya dalam waktu 100 hari setelah terpilih jadi Bupati, namun tidak dipenuhinya.
Kehadiran Robi Idong di ruang publik saat aksi demo massa, justru memancing emosi warga hingga diteriaki pembohong, itulah yang membuat naluri wartawan iNews TV, Johni Nurak arahkan kamera shooting ke Robi Idong saat masih di dalam mobil, dan Robi Idong memberi reaksi congkak melihat Johni Nurak dengan sapaan “kau”, tanpa adab, tanpa mengindahkan sopan santun sebagai rasa hormat terhadap sesama.
“Kehadiran Johni Nurak dari iNews TV dkk dari Media di TKP, jelas karena di mata masyarakat, wartawan sebagai salah satu profesi yang dilindungi UU dan menjadi ujung tombak dalam perjuangan, bukan wartawan preman, karena itu siapapun dia harus hormati wartawan. Robi Idong, seharusnya ingat bahwa dirinya tidak lebih hebat dari wartawan Johni Nurak, terutama soal tanggung jawab profesi,” tegas Petrus Selestinus.
Petrus Selestinus menambahkan, sifat congkak Robi Idong justru memperlihatkan devisit wibawa dan devisit kapasitasnya sebagai Bupati Sikka. Dia tidak tahu di mana dia berada dan mau melalukan apa termasuk ketika berada di lokasi Patiahu.
“Robi Idong datang dalam urusan dinas, tapi untuk apa bawa istri dan anak ikut serta dalam setiap urusan dinas Bupati. Apakah di Patiahu ada undangan pesta sehingga sekalian mau pamer kecongkakan. Inilah ciri kepribadian ganda Robi Idong, ciri devisit wibawa dan devisit kapasitas. Sangat disayangkan,” kata Petrus Selestinus.