BONE–Pj. Bupati Bone, Drs. H. Andi Islamuddin, MH, bersama dengan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bone, Hj. Kurniaty Islamuddin, dan Unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bone, menghadiri sebuah peristiwa teatrikal yang menggambarkan munculnya tokoh kunci dalam sejarah Bone, To Manurung. Peristiwa ini berlangsung saat ziarah di makam Raja Bone Ri Manurunge Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tanete Riattang, pada Kamis, 18 April 2024.
Perwakilan tokoh adat Bone, H. Andi Muhammad Yushan Latenritappu, menjelaskan bahwa pertunjukan teatrikal yang melibatkan Camat dan unsur lurah di Kecamatan Tanete Riattang bertujuan untuk mengenang peristiwa penting tersebut.
Menurut cerita yang digambarkan dalam pertunjukan, sebelum Bone menjadi kerajaan, terdapat sengketa kekuasaan di antara tujuh tokoh lokal yang disebut Matoa. Sengketa ini menciptakan kekacauan, mencerminkan prinsip “homo homini lupus” atau “manusia adalah serigala bagi sesamanya” dalam bahasa Bugis Sianre Bale.
Ketujuh tokoh Matoa tersebut kemudian sepakat untuk mengangkat seorang pemimpin baru. Namun, tiba-tiba muncul seorang individu misterius, yang kemudian dikenal sebagai To Manurung, yang diantar oleh sejumlah pengawalnya. To Manurung diangkat menjadi pemimpin oleh para Matoa sebagai Arung atau Mangkao pada saat itu.
Keputusan untuk mengangkat To Manurung sebagai pemimpin disambut baik oleh masyarakat, dan pada tanggal 6 April 1330, Saoraja dibuat untuk memperingati peristiwa tersebut. Tanggal ini dipilih sebagai Hari Jadi Bone, mengingat pada tanggal tersebut juga terjadi pelantikan Raja Bone ke-16, Lapatau Matannatikka di Nagauleng, pada tahun yang sama, yang juga bertepatan dengan munculnya To Manurunge Ri Matajang.
Peristiwa ini menggambarkan asal usul Bone sebagai kerajaan yang didirikan atas dasar persatuan dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan masa lalu. (*)