Gerard N Bibang
Ke fitrah nan suci; ke kemulusan bayi; itulah hakekat Idulfitri, hakekat setiap perjalanan di bumi; kembali ke situasi orisinal; hijrah berlanjut dari kondisi ke kondisi berikutnya; dan akhir-akhirnya ke surga
Perjalanan di bumi hanyalah suatu fase katarsis, pembersihan diri, kontemplasi, berusaha mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan kerja rohani yang keras untuk mencari makna dan hikmah setiap jengkal perjalanan; itulah kredo sosial seorang pejalan; sebab ketika telah tiba langkahnya di ambang batas maka kematian sungguh tak pernah menunggu dilamar
Makhluk pejalan hanya tahu berjalan dan berjalan; iman kepada Sang Pemberi jalan adalah andalannya; maka kepatuhan kepada-NYA wajib hukumnya; indikasi pertamanya ialah makin matangnya penghayatan terhadap keberadaan dan kehadiran Allah yang dibina lewat penyadaran yang tinggi dan terus-menerus terhadap hidupnya, terhadap alam semesta, dan terhadap diri kemakhlukannya; maka jika dengan berjalan dan berjalan ia berhasil meninggikan mutu penghayatan imannya, ia akan sungguh-sungguh menjumpai Idulfitri, dan dengan itu bertambah kepasrahannya kepada Allah Semesta Alam
Perjalanan di bumi dan mudik adalah dua sisi dari satu mata uang; sebuah perjalanan adalah sebuah mudik; adalah sebuah kembali ke fitrah nan suci; adalah latihan tahunan untuk membangun ketrampilan budaya agar kelak siap menjadi penduduk surga; toh ujung-ujungnya perjalanannya di bumi ialah surga; maka mudik adalah tahap awal dari pembelajaran di bumi untuk kembali kepada Allah di kampung halaman asal usul manusia; sebab sistem nilai surga, software dan hardwarenya, pasti berbeda dengan sistem nilai dunia; kalau ia hanya melatihkan dialektika dan mobilitas materialisme seperti diperintahkan oleh dunia selama ini, kelak ia bisa bengong di surga; itulah sebabnya ia dalam sunyi selalu berjanji kepada dirinya sendiri: hiruplah selalu spiritualitas mudik; agar tahu dari mana aku datang dan kembali!
Maka perjalanan di bumi hakikinya sebuah napak tilas untuk mengingat-ingat kembali siapa ia, menemukan hakiki dirinya, di mana alamat sejatinya, apa pekerjaan utamanya, bagaimana menjalankan profesi kemanusiaannya, dan apa saja yang terkait dengan itu; akhir-akhirnya ia akan tahu; dunia ini adalah tempat singgah untuk makan minum; sejauh-sejauh melangkah hingga akhir waktu
Taman Aries, Jumat:14.4.’23: saat ibukota pelan-pelan senyap karena mudik menyongsong Idulfitri)