
MALANG, Tempat praktek dr. Yosephine Pratiwi tak pernah sepi. Untuk menghindari kerumunan masa, lokasi praktek Apotek Kondang Waras di Jalan Raya Takeran, No.50 kav 6, Dusun Krajan, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, mulai hari ini terpaksa ditutup sementara.
dr. Tiwi, demikian sapaan akrabnya setiap hari membuka praktek terapi uap. Namun sejak Senin kemarin, ia tutup sementara. Dr Tiwi beralasan keputusan ini diambil untuk menghindari kerumunan masa.
Seperi diketahui saat ini pemerintah masih memberlakukan PPKM level 4 untuk memutus mata rantai Covid19.
“Kemanrin, terakhir saya beroperasi. Jadi saya putuskan untuk tutup sementara sampai ada tempat yang lebih luas,” kata dr Tiwi.
Ia mengaku, dalam beberapa bulan terakhir, pasien yang berobat ke tempatnya berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur, mencapai 80 orang setiap hari. Untuk biaya pengobatan dr Tiwi mematok harga Rp100 hingga Rp 150.000.
“Pasien saya ada yang dari Pasuruan, Trenggalek sampai Probolinggo. Untuk tarifnya antara Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu, dan ada obatnya jika gejalanya parah,” jelasnya.
Menurut Tiwi, praktik terapinya ini telah mendapatkan lampu hijau dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang Raya, karena dinilai telah mampu menyembuhkan ratusan pasien yang terpapar Covid-19.
“Sudah mendapat respon baik dan lampu hijau dari IDI Malang Raya. Kalau gak ada lampu hijau saya ya disuruh tutup,” terangnya.
Tiwi berpesan kepada masyarakat yang terpapar Covid-19 untuk tetap menjaga imunitas tubuh dengan makan yang banyak.
“Makan yang banyak kalau bisa makan 8 sampai 10 kali meskipun muntah tidak papa. Karena dengan makan itu virus sulit berkembang karena tubuh ini butuh energi,” pesannya.
Semantara itu, salah satu keluarga pasien yang sudah sembuh, Putri mengakunjika kakaknya yang bernama Rini, awalnya terkonfirmasi positif Covid-19 tiga minggu lalu. Waktu itu, dalam kondisi sesak nafas sampai ke dada, dan tidak bisa bergerak, dengan saturasi 84.
“Kakak saya sudah dibawa ke tiga dokter dan swab hasilnya positif Covid-19. Dan diberi obat sama dokter beli obat herbal gak sembuh,” katanya.
Dalam 14 hari kemudian, lanjut Putri, karena kondisinya memburuk, Rini akhirnya dibawa ke terapi uap di Karangploso ini.
“Disini, kakak saya menjalani terapi uap sampai lima kali dan sembuh, sekarang beraktifitas seperti biasa,” ulasnya.
Putri berharap praktek dr. Yosephine Pratiwi ini untuk tidak tutup, dan berharap pemerintah setempat mampu mencarikan tempat praktek yang lebih luas.
“Karena sekarang ibu saya yang gantian harus terapi. Dan ini hari terakhir. Jadi bu Yosephine ini orang baik jangan sampai gak punya tempat. Sudah bantu banyak orang mas,” tutupnya.