Kapolresta Malang Kota Budi Hermanto: Meningkatkan Empowerment Difabel melalui Batik Ciprat

Kapolresta Malang Kota Budi Hermanto Berdayakan Difabel Melalui Batik Ciprat_zonanusantara.com
Istimewa

“Kapolresta Malang Kota Kombes Pol. Budi Hermanto, S.I.K., M.Si., menunjukkan dedikasinya dalam memberdayakan kaum difabel dengan inisiatif unik, yaitu mencetak batik ciprat. Program ini bukan hanya memberikan pelatihan dan dukungan, tetapi juga menghadirkan kesempatan berusaha bagi komunitas difabel.”

Oleh: ANDI MARDANA

Kekuatan dan keberanian seseorang seringkali muncul dari perjalanan hidup dan pengalaman yang menggugah hati. Salah satu contohnya adalah Kombes Pol. Budi Hermanto, S.I.K., M.Si., seorang perwira menengah Polri yang mengemban amanat sebagai Kapolresta Malang Kota.

Read More

Ia tidak hanya menjadi sosok inspiratif bagi rekan-rekan di kepolisian, tetapi juga masyarakat luas, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau difabel.

Pria bertubuh kekar ini telah menempuh perjalanan karier yang penuh prestasi sejak lulus dari Akademi Kepolisian pada tahun 2000. Dari berbagai jabatan yang pernah diemban, hingga tugas-tugas dalam dan luar negeri, beliau terus menunjukkan dedikasinya sebagai seorang polisi yang berkomitmen untuk berbuat baik bagi masyarakat.

Kapolresta Malang Kota Budi Hermanto Berdayakan Difabel Melalui Batik Ciprat_zonanusantara.com
Kapolresta Malang Kota Kombes Pol. Budi Hermanto, S.I.K., M.Si./Foto Andi Mardana

“Mulai dari Danton Gegana Sat Brimob Polda Jambi sampai saat ini saya berdinas, lebih kurang 80 persen di reserse, 15 persen di lembaga pendidikan dan 5 persennya penugasan-penugasan baik dalam negeri maupun di luar negeri,” ungkap Kapolresta Malang Kota Budi Hermanto saat berbincang dengan media, di pelaksanaan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Angkatan ke 5 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya, Sabtu (22/7/2023).

Perjalanan karier yang cemerlang tersebut membawanya berhadapan dengan berbagai komunitas difabel di berbagai tempat. Namun, salah satu momen penting yang mengubah pandangannya terhadap para saudara difabel adalah ketika ia menjabat sebagai Kapolres Batu, Jawa Timur.

“Awalnya pada saat saya menjadi Kapolres Batu, ada beberapa komunitas difabel ini yang memonitor kegiatan sosial yang kami lakukan di Polda Kalsel (Kalimantan Selatan, red). Namanya Mbak Eka Wulandari dari yayasan Arca Ganesha Sumberpucung. Bahkan saya tidak pernah bertemu tatap muka, yang bersangkutan juga tidak pernah WA saya langsung, tapi memonitor semua kegiatan saya di Polda Kalsel di media sosial,” jelas Budi.

Melalui media sosial dan berita-berita online, Eka Wulandari memantau dengan antusiasme setiap kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Kapolres Batu saat itu. Salah satu momen penting adalah ketika ada seorang anak difabel yang memiliki bibir sumbing dan kebutuhan khusus lainnya, namun orangtuanya tidak mengizinkan anak tersebut untuk dioperasi.

Kapolres Batu, yang pada saat itu dijabat oleh Budi Hermanto, merasa terpanggil untuk memberikan dukungan dan layanan kesehatan bagi anak difabel tersebut. Tim dari Polda Kalsel dikirim ke bukit Panderman untuk memberikan layanan kesehatan kepada anak tersebut, yang sebelumnya tidak pernah bersosialisasi dengan komunitas lain selain keluarganya.

Berawal dari situ, Kapolresta Malang Kota ini semakin tergerak untuk memberdayakan dan membantu saudara-saudara difabel. Ketika beliau dipindahkan ke Polda Metro Jaya, semangat tersebut tidak pernah padam. Bahkan saat menjabat sebagai Kapolres Blitar Kabupaten, ia bertemu dengan yayasan Kinasih yang terkenal dengan batik cipratnya.

“Kami melakukan suatu kegiatan Blitar Berbagi Senyum. Jadi melakukan pelatihan bagi saudara-saudara kita Tuna Netra untuk bisa membaca Al-Quran Braille. Nah kami melihat bahwa Al-Quran Braille ini harga yang cukup mahal, 1 juta sampai dengan 2 juta rupiah, sehingga di beberapa masjid Al-Quran Braille ini tidak ada inventaris,” lanjutnya.

Memberdayakan Difabel

Kapolresta Budi Hermanto pun memberikan perhatian khusus kepada komunitas difabel yang tergabung dalam yayasan Kinasih. Mereka dipandang memiliki potensi dalam menciptakan batik ciprat yang unik dan menarik.

Kapolresta memberikan dukungan dan bantuan bagi yayasan Kinasi untuk memproduksi batik ciprat tersebut.

Kegiatan batik ciprat yang semula dimulai dari Kabupaten Blitar, akhirnya mendapatkan apresiasi yang luar biasa. Batik ciprat karya saudara-saudara difabel telah mendunia dan banyak diminati, termasuk oleh acara Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan bahkan permintaan dari internasional.

Dalam perjalanannya memberdayakan komunitas difabel, Budi menemukan beberapa individu difabel yang memiliki potensi dan keterampilan di bidang tertentu. Kapolresta Malang Kota ini memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja di lingkungan kepolisian sesuai dengan kompetensinya.

“Dari beberapa individu difabel yang dipilih, ada Rara Lingga yang memiliki Cerebral Palsy, namun punya bakat sebagai konten writer. Rara bertanggung jawab dalam menulis narasi cerita dan caption dalam media sosial resmi Polresta Malang Kota,” ujar Budi.

Selain itu, ada Fanny Akbar, seorang desainer grafis yang berbakat, namun saat ini sedang dalam pemulihan akibat kecelakaan. Fanny terlibat aktif dalam mendesain produk-produk kehumasan Polresta Malang Kota.

Kapolresta Malang Kota Budi Hermanto Berdayakan Difabel Melalui Batik Ciprat_zonanusantara.com
Istimewa

Kemudian ada Faturullah yang ditempatkan di bagian Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) untuk menangani loket khusus difabel. “Faturullah memberikan pelayanan khusus untuk kelompok rentan dengan kebutuhan khusus dalam proses pembuatan SKCK,”  Tutur Kapolresta.

Dan terakhir, lanjut Budi ada Putu Ayu, penyandang tuna rungu dan tuna wicara, memiliki pengalaman di bidang akuntansi. “Putu Ayu ditempatkan di bagian perencanaan Polresta Malang Kota,” sambungnya.

Semangat Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol. Budi Hermanto, dalam memberdayakan dan memberikan kesempatan bagi saudara-saudara difabel ini telah memberikan inspirasi dan motivasi bagi anggota kepolisian dan masyarakat luas.

Dengan kemauan dan dedikasi yang kuat, ia berhasil menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan ramah bagi saudara-saudara difabel di Polresta Malang Kota.

“Semua ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak harus menjadi penghalang dalam mencapai potensi dan kesuksesan,” imbuhnya.

Kapolresta Budi Hermanto menjelaskan, “Kami memberikan kesempatan kepada saudara-saudara difabel ini, bahwa mereka mampu, mereka capabel, dan mereka mau. Ini menjadi motivasi dan inspirasi bagi kami untuk mempekerjakan mereka. Kami memberikan mereka hak yang sama dengan anggota Ppolri lainnya, termasuk pendampingan, motivasi, dan juga reward bagi kinerja yang bagus.”

Keterlibatan komunitas difabel dalam Polresta Malang Kota tidak hanya memberikan manfaat bagi mereka secara individu, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan institusi lain.

“Dalam undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, setiap institusi atau kementerian diwajibkan untuk mempekerjakan minimal satu persen penyandang disabilitas,” terang Budi.

Kapolresta Malang Kota memperlihatkan bahwa memberdayakan saudara-saudara difabel bukan sekadar kewajiban hukum, tetapi juga merupakan komitmen nyata dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Dalam banyak kesempatan, Polresta Malang Kota telah berhasil memberikan perubahan positif bagi para difabel, seperti menyediakan akses layanan kesehatan, mendukung pengembangan keterampilan, dan memberikan rasa kepercayaan diri.

Selain memberdayakan difabel melalui pemberian pekerjaan, Polresta Malang Kota juga berkolaborasi dengan berbagai komunitas untuk menyediakan sarana dan prasarana yang ramah bagi kelompok rentan.

Misalnya, modifikasi meja dan meja khusus di kantor, serta penyediaan kursi roda elektrik untuk membantu mobilitas para anggota difabel.

Saat ini, Polresta Malang Kota telah berhasil mempekerjakan beberapa individu difabel yang memiliki bakat dan keterampilan di bidang tertentu.

Mereka telah membuktikan bahwa kehadiran mereka tidak hanya memberikan kontribusi nyata bagi kepolisian, tetapi juga membuka mata masyarakat akan potensi besar yang dimiliki oleh saudara-saudara difabel.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap komunitas difabel, Kapolresta Malang Kota telah mengadakan berbagai kegiatan dan program. Salah satunya adalah pemecahan rekor MURI dengan melaksanakan batik ciprat terbanyak yang melibatkan 580 difabel dalam acara Blitar Berbagi Senyum.

Kapolresta Malang Kota Budi Hermanto Berdayakan Difabel Melalui Batik Ciprat_zonanusantara.com
Istimewa

Keberhasilan acara tersebut memberikan semangat bagi semua pihak untuk terus berkontribusi dan memberikan dukungan bagi saudara-saudara difabel.

Selain itu, Polresta Malang Kota juga memberikan layanan kesehatan berjangka bagi para difabel yang bekerja di institusi tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa mereka dapat mengakses pelayanan medis tanpa biaya yang tinggi, sehingga dapat menjaga kesehatan dan produktivitas mereka dalam bekerja.

Pria kelahiran Pekanbaru Riau ini berharap bahwa perjuangan dan dedikasi Polresta Malang Kota dalam memberdayakan difabel dapat menjadi contoh inspiratif bagi institusi lainnya. Ia percaya bahwa inklusi dan keadilan merupakan kunci utama dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik dan berdaya saing.

“Kami tidak hanya memberdayakan mereka, tetapi juga memberikan mereka ruang untuk berkembang dan menunjukkan potensi mereka. Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan mencapai impian mereka. Semoga Polresta Malang Kota dapat menjadi teladan bagi institusi lain untuk menciptakan lingkungan yang inklusif bagi saudara-saudara difabel,” tutup Budi dengan semangat.

Baca Juga :  Baru Dua Parpol Bacaleg Kabupaten Malang Sudah 100 Orang

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *