Meneropong Usaha Perikanan di Muara Baru

IMG 20220214 WA0036 - Zonanusantara.com
Foto Setiawan Liu

 

IMG 20220214 WA0036 - Zonanusantara.com
Foto Setiawan Liu

Setiawan Liu – Jakarta

Read More

Muara Baru, bisa disebut pasar ikan tersibuk dari waktu ke waktu. Rutinitas kehidupan para nelayan termasuk pekerja di pelabuhan sibuk dalam rotasi waktu dengan tingkat aktivitas tinggi.

Menyusuri kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru Jakarta Utara, mulai dari pintu masuk sampai dermaga, terlihat berbagai bangunan unit pengolahan ikan (UPI) berfungsi sebagai cold storage berdiri kokoh. Sepanjang dermaga barat, pemandangan kapal-kapal ikan terlihat menepi untuk melakukan aktivitas bongkar muat. Sejumlah buru pelabuhan sibuk menurunkan ikan hasil tangkapan dari palka ke halaman dermaga.

Ada juga pekerja yang memilah-milah ikan untuk diangkut ke atas mobil/truk pickup. Ikan-ikan tersebut sudah lebih dulu ditempatkan di wadah keranjang ikan. Sejak Pelabuhan Muara Baru dibuka sekitar tahun 1985, para pelaku usaha terus berinovasi. Mulai dari system pengawetan ikan untuk tetap fresh, dengan menggunakan es balok sampai teknologi freezers atau cold chain logistics. Selain itu, system penempatan ikan sebelum masuk cold storage juga terus berkembang dari tahun ke tahun. “(wadah keranjang ikan) fiber, awalnya dibawa oleh para pengusaha ikan asal Medan.

Baca Juga :  Tim Program Kotaku Gelar Lokakarya

Sebagian pedagang ikan di pelelangan menggunakan loak yang terbuat dari anyaman bambu.

“Semua wadah pasti diisi es untuk menjaga kesegaran ikan,” salah seorang pekerja PPS Muara Baru, Slamet.

Para pemasok ikan di PPS bukan hanya dari hasil tangkapan di laut, tapi ada juga hasil budidaya. Hasil tangkapan dari luar kota seperti Sulawesi, Papua, Jawa Timur dengan menggunakan cold chain logistics. Ikan-ikan hasil tangkapan yang kualitasnya bagus diekspor. sementara ikan yang reject atau ditolak biasanya untuk pasar lokal.

“Ikan-ikan reject juga dibawa pelele (para ibu-ibu makelar ikan di Muara Baru ke pasar-pasar becek (tradisional) di Bogor, Depok dan sekitarnya. Ada juga pedagang ikan dari Serang, langsung beli dari gudang. Ikan-ikannya dibuat pindang, dan pindang tanpa bumbu. Ikannya hanya digarami” kata laki-laki yang sudah bekerja di PPS Muara Baru sejak tahun 1985.

Di sisi lain, kegiatan pelelangan ikan tuna, tongkol, cakalang sempat marak. Sehingga Pemerintah, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membangun sarana gedung pelelangan ikan di dermaga barat. Gedung tersebut dilengkapi dengan layar monitor sehingga pelaku usaha bisa memantau harga ikan yang up to date.

Baca Juga :  SiCepat Volta Club, Digiresto, SiCepat dan Indonesia Pasti Bisa Berikan Bantuan ke Panti Asuhan Kampung Melayu

Kondisi pasar pada tahun 1990-an dan sekarang jelas berbeda. “Dulu, cari penangkapan ikan gampang, sekarang susah. Sekarang, penangkapan jauh-jauh sampai India, Bangladesh, lautan bebas. Para ABK bisa sampai 10 bulan baru balik ke Muara Baru. Kalau kapal cumi, empat bulan atau 100 hari, lebih cepat dibanding kapal tuna. Kapal collecting, mengumpulkan (hasil tangkapan) dari Merauke, Papua, lalu balik ke Muara Baru.

“Kapal collecting seperti cargo yang mengangkut hasil tangkapan dari kapal-kapal di tengah laut,” ungkap Jamanto, pedagang ikan di Pasar Ikan Modern (PIM).

Era tahun 1980-an, nelayan asal Muara Baru juga masih menggunakan alat tangkap bubu. System penangkapan dengan bahan baku daun-daun berukuran besar yang diikat dengan alat pemberat berupa beton cor. Kapten kapal menggunakan system navigasi laut untuk menentukan koordinat lintang dan bujur.

“Setelah lintang, bujur ditentukan, bubu dibuang ke dasar laut, sehingga menjadi seperti perangkap ikan. Tapi banyak juga jenis lain untuk penangkapan. Hal ini sangat tergantung kondisi geografisnya, karena ada juga daerah (laut) karang dan lain sebagainya,” kata Jumanto.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *