Mengenal Kuliner Tradisional yang Populer Sejak Zaman Belanda

IMG 20220825 WA0003 - Zonanusantara.com
Foto Setiawan Liu
IMG 20220825 WA0003 - Zonanusantara.com
Foto Setiawan Liu

Jakarta – Kuliner tradisional yang populer sejak zaman Belanda hingga kini masih terus dipertahankan. Kuliner legenda ini dikenal resep-resepnya yang ditulis tangan dan dimuat di buku ABC.

Resep-resep tersebut dibuat para leluhur keluarga Tionghoa di Indonesia, termasuk hidangan Rijsttafel yang sangat terkenal. Bahkan Rijsttafel direkomendasikan keluarga-keluarga Tionghoa di Batavia (Jakarta), Bogor, Bandung kepada orang-orang Belanda.

Read More

Salah satu keluarga Tionghoa, yakni alm. Harjati Purboyo/Lauw Kwee Nio atau yang akrab disapa Tante Kwee.

“Ibu saya, Tante Kwee belajar resep jenis jajanan asli Indonesia dan juga Belanda. Kami modifikasi (resep) karena kualitas bahan menentukan rasa, enak atau tidaknya. Resep-resep masih tersimpan pada Buku ABC, tapi (kondisinya) sudah reyot, rapuh, menguning,” Susan Purbojo atau Poei An Nio, putri Tante Kwee, Kamis (25/8).

Baca Juga :  Pemkab Bone Teguhkan Komitmen Perlindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan melalui Penandatanganan MOU dengan BPJS Ketenagakerjaan dan Kejaksaan Negeri Sulawesi Selatan

Resep kuliner Indonesia buatan Harjati Purboyo, sebetulnya juga warisan dari kakek-neneknya. Sehingga resep tersebut sudah turun temurun sampai empat generasi. Sajian kuliner dari semua resep para leluhur sudah mulai disajikan di Resto/Café Doea Tjangkir di Jl. Sawojajar Bogor.

Resto yang sudah berdiri sekitar tahun 1980 an sudah mulai membagi-bagikan kepada pengunjung. Beberapa kuliner tradisional; bika ambon, kue mangkok gula merah (gula jawa), talam pandan, bugis, cente manis, klepon, nagasari, kue pisang hunkue, talam hijau dan lain sebagainya.

“Teman sekolah saya yang juga kenal dengan Tante Kwee, mengikuti perkembangan kuliner dan usaha bakery tradisional di Bogor. Dia tahu persis mengenai resep-resep tersebut dan menuangkan dalam tulisan. Dia bukan penulis profesional, tapi punya kemampuan dasar menulis,” kata perempuan kelahiran Batavia, September 1945.

Resep Tante Kwee, terutama kue-kue basah sudah sering disajikan kepada para pengunjung Doea Tjangkir. Hasrat Tante Kwee bikin berbagai jenis jajanan pada zaman Belanda (1930 – 1950 an) juga paralel dengan berdirinya, toko roti/kue Bogor Permai (Boper) pada tahun 1963. Boper yang masih eksis berdiri tetap menjadi nostalgia wisata kuliner di kota hujan, Bogor terutama mereka yang sekarang sudah lanjut usia. Boper menjadi salah satu objek wisata kuliner yang paling banyak dikunjungi, baik oleh warga kota Bogor, wisatawan lokal hingga wisatawan mancanegara sejak berdiri sampai sekarang.

Baca Juga :  Maksimalkan Potensi Zakat, Baznas Bone Ajak Masyarakat Berperan Aktif dalam Kesejahteraan

“Saya generasi kedua, sempat kelola Boper. Pertama kali (sejak berdiri tahun 1963) Tante Kwee yang bikin resep dan jual di Boper. Sekarang, Boper dikelola oleh generasi ketiga. Sejarah Boper dan Buku ABC parallel. Tante Kwee juga belajar resep Belanda, tapi kami modifikasi karena kualitas bahan menentukan rasa, enak atau tidak. Saya simpan Buku ABC sejak saya masih kecil, tahun 1954. Saya lahir di Jatinegara, Jakarta dan pindah ke Bogor. Semasa kecil tahun 1956, saya di Taman Sempur Bogor,” kata Susan. (Setiawan Liu)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *