Modernisasi Arab Saudi dan Komersialisasi Haji & Umroh

Modernisasi Arab Saudi dan Komersialisasi Haji & Umroh_zonanusantara.com
Foto Istimewa

Modernisasi Arab Saudi dan Komersialisasi Haji & Umroh

Oleh Andi Mardana

Modernisasi Arab Saudi dan Komersialisasi Haji & Umroh_zonanusantara.com
Andi Mardana, S.H.

Haji dan Umroh merupakan kegiatan ibadah yang menjadi cita-cita umat muslim di seluruh dunia. Kegiatan ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW.

Read More

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah jamaah haji dan umroh terbesar setiap tahunnya.

Menurut data Kementerian Agama RI, jumlah jamaah haji Indonesia tahun 2019 mencapai 231.000 orang, sementara jumlah jamaah umroh sebanyak 2,5 juta orang pada tahun yang sama.

Jumlah ini merupakan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Arab Saudi sebagai tuan rumah kegiatan haji dan umroh.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fenomena komersialisasi haji dan umroh semakin merajalela di Arab Saudi.

Praktik-praktik bisnis yang tidak etis dan kegiatan yang bersifat komersial telah merusak nilai-nilai spiritual dan religius dari kegiatan ibadah tersebut.

Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran bagi umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Di sisi lain, Arab Saudi juga mengalami proses modernisasi liberalisme, di mana pemerintah Saudi sedang melakukan reformasi ekonomi dan sosial yang bertujuan untuk membuka diri kepada dunia internasional.

Langkah ini diambil dalam rangka mengurangi ketergantungan Arab Saudi terhadap sumber daya minyak dan memperluas basis ekonomi negara.

Namun, reformasi ini juga menghadirkan tantangan baru bagi kegiatan haji dan umroh, di mana kebijakan liberalisme dapat mempengaruhi kualitas dan keberlangsungan kegiatan ibadah tersebut.

Dalam artikel opini ini, penulis akan membahas fenomena komersialisasi haji dan umroh serta konsekuensi dari modernisasi liberalisme Arab Saudi, dan tantangan yang dihadapi oleh kebijakan pemerintah Indonesia dalam menjaga integritas dan kualitas kegiatan ibadah haji dan umroh.

Mengapa Modernisasi Arab Saudi Penting dalam Dunia Bisnis?

Modernisasi Arab Saudi menjadi penting dalam dunia bisnis karena Arab Saudi adalah salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia.

Sejak ditemukannya minyak di Arab Saudi pada tahun 1938, negara ini menjadi salah satu negara yang paling kaya di dunia.

Namun, penghasilan negara yang terutama berasal dari minyak telah menyebabkan ketergantungan yang besar pada sektor ini, sehingga negara ini terlalu bergantung pada harga minyak.

Modernisasi Arab Saudi yang diusung oleh Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan mencari sumber pendapatan yang baru.

Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membuka sektor wisata. Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan sektor wisata, terutama wisata haji dan umroh.

Konsep Kapitalisme dan Liberalisme dalam Wisata Haji dan Umroh

Wisata haji dan umroh merupakan salah satu bisnis yang sangat menguntungkan di Arab Saudi. Setiap tahunnya, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia datang ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji dan umroh.

Bisnis ini telah menjadi salah satu sumber pendapatan yang penting bagi pemerintah Arab Saudi. Dalam bisnis wisata haji dan umroh, konsep kapitalisme dan liberalisme sangat penting.

Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang berdasarkan pada kepemilikan swasta dan persaingan pasar, sedangkan liberalisme adalah ideologi politik dan ekonomi yang menekankan pada kebebasan individu dan pasar bebas.

Dalam konteks wisata haji dan umroh, konsep-konsep ini tercermin dalam beberapa hal, seperti kepemilikan hotel dan restoran oleh pihak swasta, persaingan antarpenyedia jasa, dan kebebasan individu untuk memilih jenis dan kualitas layanan yang mereka inginkan.

Sejak diumumkan pada tahun 2016, visi 2030 yang diusung oleh Arab Saudi bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan meningkatkan sektor non-minyak, termasuk sektor wisata.

Dalam hal wisata haji dan umroh, Arab Saudi mengadopsi strategi liberalisasi dan privatisasi untuk meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi dalam sektor ini.

Baca Juga :  Menikmati Pesona Tak Terlupakan Patong Phuket: Keindahan Alam dan Kelezatan Budaya

Beberapa langkah yang diambil antara lain membuka investasi asing dalam sektor pariwisata, memberikan lisensi baru untuk penyedia jasa umroh, dan meningkatkan kapasitas hotel.

Implikasi Modernisasi Arab Saudi terhadap Bisnis Wisata Haji dan Umroh

Modernisasi Arab Saudi telah membawa dampak besar bagi bisnis wisata haji dan umroh. Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah mengambil beberapa inisiatif yang signifikan untuk memodernisasi dan meningkatkan infrastruktur wisata haji dan umroh.

Beberapa di antaranya adalah:

  • Pembangunan Makkah Metro. Pembangunan Makkah Metro adalah salah satu proyek infrastruktur terbesar di dunia, dengan biaya sekitar USD 16,5 miliar. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan transportasi di sekitar Kota Makkah dan memberikan akses yang lebih mudah bagi jamaah haji dan umroh.
  • Pembangunan Kota Pariwisata Red Sea. Kota Pariwisata Red Sea adalah salah satu proyek ambisius yang diusung oleh Arab Saudi. Proyek ini mencakup pembangunan kawasan pariwisata yang terletak di pantai Laut Merah, dengan berbagai fasilitas seperti resor, taman bermain, pusat perbelanjaan, dan sebagainya.
  • Peningkatan Kapasitas Hotel. Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah meningkatkan kapasitas hotel di Makkah dan Madinah. Hal ini bertujuan untuk mengakomodasi jumlah jamaah haji dan umroh yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Fenomena Komersialisasi Haji dan Umroh

Komersialisasi haji dan umroh telah menjadi masalah serius di Arab Saudi. Praktik-praktik bisnis yang tidak etis dan kegiatan yang bersifat komersial telah merusak nilai-nilai spiritual dan religius dari kegiatan ibadah tersebut.

Sebagai contoh, terdapat praktik penyewaan tenda dan tempat tidur dengan harga yang jauh di atas harga pasar, atau paket-paket perjalanan haji dan umroh yang ditawarkan dengan harga yang tidak realistis dan terdapat biaya tambahan yang tidak transparan.

Praktik-praktik semacam ini merugikan jamaah haji dan umroh, dan dapat merusak integritas kegiatan ibadah tersebut.

Selain itu, komersialisasi juga dapat menyebabkan overcapacity di Makkah dan Madinah, yang dapat mengancam keselamatan jamaah.

Hal ini terlihat dari kasus-kasus kecelakaan dan kerusuhan yang terjadi selama kegiatan haji dan umroh, seperti kebakaran di kompleks hotel di Makkah pada 2015 yang menewaskan lebih dari 70 orang.

Komersialisasi haji dan umroh juga dapat menyebabkan segregasi antara jamaah yang mampu dan yang tidak mampu.

Harga paket-paket perjalanan yang mahal dapat menyebabkan hanya jamaah yang memiliki kekayaan yang dapat melakukan kegiatan ibadah tersebut, sementara jamaah yang kurang mampu ditinggalkan.

Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menekankan persaudaraan dan kesetaraan di hadapan Tuhan.

Konsekuensi dari Modernisasi Liberalisme Arab Saudi

Selain fenomena komersialisasi haji dan umroh, modernisasi liberalisme Arab Saudi juga dapat mempengaruhi kualitas dan keberlangsungan kegiatan ibadah tersebut.

Langkah-langkah reformasi ekonomi dan sosial yang dilakukan oleh pemerintah Saudi dapat membuka pintu bagi penetrasi kebudayaan dan ideologi asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Kebijakan liberalisasi ekonomi dan pembukaan pintu bagi investasi asing dapat mengundang praktik bisnis yang tidak etis dan komersialisasi yang lebih besar lagi.

Selain itu, modernisasi juga dapat mengurangi pengaruh ulama dan organisasi keagamaan tradisional di Arab Saudi.

Pengaruh ulama dan organisasi keagamaan yang kuat telah menjadi penjaga nilai-nilai Islam yang konservatif, sehingga melindungi kegiatan haji dan umroh dari pengaruh-pengaruh asing yang tidak diinginkan.

Namun, dengan berkurangnya pengaruh ulama dan organisasi keagamaan, maka risiko terjadinya pengaruh-pengaruh asing dan penyimpangan dari nilai-nilai Islam dapat meningkat.

Tantangan bagi Kebijakan Pemerintah Indonesia

Fenomena komersialisasi haji dan umroh dan konsekuensi dari modernisasi liberalisme Arab Saudi merupakan tantangan bagi kebijakan pemerintah Indonesia dalam menjaga integritas dan kualitas kegiatan ibadah haji dan umroh.

Pemerintah Indonesia harus memperkuat kerjasama bilateral dengan pemerintah Saudi dalam mengatasi praktik-praktik bisnis yang tidak etis dan komersialisasi.

Pemerintah Indonesia juga harus memperkuat pengawasan dan regulasi terhadap agen perjalanan haji dan umroh di Indonesia untuk memastikan bahwa mereka tidak menawarkan paket-paket perjalanan dengan harga yang tidak realistis dan terdapat biaya tambahan yang tidak transparan.

Baca Juga :  Sambut 2024, PIS Siap Tambah Tanker Perkuat Ketahanan Energi Nasional

Selain itu, pemerintah Indonesia juga harus memperkuat pendidikan dan sosialisasi kepada jamaah haji dan umroh tentang nilai-nilai Islam yang konservatif dan pentingnya menjaga integritas kegiatan ibadah tersebut.

Pemerintah Indonesia juga dapat memperkuat peran organisasi keagamaan tradisional dalam memberikan pendampingan dan penyuluhan kepada jamaah haji dan umroh.

Organisasi keagamaan tradisional seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki jaringan yang luas di seluruh Indonesia dan telah berpengalaman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, termasuk dalam bidang keagamaan.

Pemerintah dapat memanfaatkan jaringan dan pengalaman tersebut untuk memperkuat pelayanan kepada jamaah haji dan umroh, serta memberikan pendidikan dan sosialisasi tentang integritas kegiatan ibadah haji dan umroh.

Tantangan lain yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah meningkatkan kualitas layanan kepada jamaah haji dan umroh, terutama dalam hal akomodasi, transportasi, dan kesehatan.

Hal ini sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan jamaah, serta meningkatkan kualitas kegiatan ibadah haji dan umroh

Pemerintah Indonesia harus berkoordinasi dengan pemerintah Saudi dan berbagai pihak terkait dalam meningkatkan kualitas layanan tersebut.

Data Jamaah Haji dan Umroh Indonesia dan Dunia

Menurut data Kementerian Agama RI, jumlah jamaah haji Indonesia pada tahun 2019 mencapai 231.000 orang. Jumlah tersebut merupakan kuota terbesar yang diberikan oleh pemerintah Saudi Arabia kepada Indonesia.

Sedangkan untuk jamaah umroh, pada tahun 2018 terdapat sekitar 4,1 juta jamaah yang melakukan ibadah umroh dari seluruh dunia, dengan Indonesia menjadi negara dengan jumlah jamaah terbanyak setelah Mesir.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komersialisasi haji dan umroh serta modernisasi liberalisme Arab Saudi merupakan tantangan bagi kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengelola kegiatan ibadah haji dan umroh.

Praktik komersialisasi haji dan umroh yang berlebihan dapat merugikan jamaah serta merusak integritas kegiatan ibadah tersebut.

Sementara itu, modernisasi liberalisme Arab Saudi yang terjadi belakangan ini juga mempengaruhi nilai-nilai Islam dan menimbulkan perdebatan di kalangan umat Islam.

Pemerintah Indonesia perlu memperkuat peran organisasi keagamaan tradisional sebagai mitra dalam mengelola kegiatan ibadah haji dan umroh.

Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas pelayanan serta pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah jamaah haji dan umroh.

Indonesia juga dapat memperkuat kerjasama dengan negara-negara lain untuk mempromosikan pariwisata religi dan memperbaiki manajemen kegiatan ibadah haji dan umroh.

Dalam rangka menghadapi tantangan pengelolaan kegiatan ibadah haji dan umroh di masa depan, diperlukan kerjasama dan kolaborasi yang baik antara pemerintah, organisasi keagamaan, dan sektor swasta.

Semua pihak harus bekerja sama dalam memastikan bahwa kegiatan ibadah haji dan umroh dilaksanakan dengan baik, berkesinambungan, dan tetap memegang teguh nilai-nilai agama.

Sumber:

  • “Komersialisasi Haji dan Umrah: Kebijakan dan Dampaknya” oleh Moh. Iqbal Djakfar: artikel ini diterbitkan pada tahun 2015.
  • “Islam dan Modernisasi: Konteks Arab Saudi” oleh Nizar Ali Badarneh: artikel ini diterbitkan pada tahun 2019.
  • “Tantangan bagi Pengelolaan Haji Indonesia di Masa Depan” oleh Ahmad Tholabi Kharlie: artikel ini diterbitkan pada tahun 2019.
  • “Sustainable Management of Pilgrimage Tourism in the Holy City of Makkah: A Case Study of the Haramain High-Speed Railway” oleh Mohamed A. Al-Saadi, et al.: artikel ini diterbitkan pada tahun 2020.
  • “Indonesia-UAE Collaborate to Promote Religious Tourism, Including Halal Tourism and Umrah Packages” oleh Meryem El Gardoum: artikel ini diterbitkan pada tahun 2021.
  • “Saudi Arabia’s Vision 2030 and the Future of Islamic Tourism,” – Al Jazeera, 29 July 2018.
  • “Saudi Arabia: Modernization and the Realities of Vision 2030,” – Middle East Institute, 4 April 2019.
  • “Saudi Arabia’s Hajj: The World’s Largest Annual Pilgrimage,” – BBC, 8 August 2019.
  • “Saudi Arabia’s Tourism Future: Red Sea Project and Beyond,” – Oxford Business Group, 30 January 2020.
  • “Saudi Arabia’s $23bn ‘Qiddiya’ Entertainment City Breaks Ground,” – Arabian Business, 28 April 2018.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *