Nama Petrus Palbeno Menggelinding di Kalangan Alumni Seminari Lalian

IMG 20240313 182316 - Zonanusantara.com
Petrus Palbeno bersama eks Gubernur Jawa Timur, pak Karwo yang saat ini menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Presiden Jokowi

Catatan Yosef Naiobe – Jakarta

HARI – hari belakangan ini ponsel saya lebih sering aktif berdering. Kabar yang disampaikan penelpon adalah mengenai Petrus Palbeno. Usut punya usut pria asal Desa Nilulat ini sedang ramai diperbincangkan  untuk maju pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di daerah asalnya Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.

Read More

Kabar ini pertama berhembus di internal alumni Seminari Lalian Atambua. Lantas menembusi dinding gedung sekolah khusus calon romo itu kemudian keluar dan menjelma menjadi konsumsi publik di luar sana. Di tengah masyarakat.

Lantaran kenal dekat dengan sosok yang diperbincangkan tersebut, saya diminta untuk segera melakukan koordinasi atau menghubungi yang bersangkutan. Bagi saya mandat ini sudah sampai taraf serius. Tidak sekedar omon-omon di warung kopi di pinggir jalan. “Tolong sampaikan ke pak Petrus Palbeno bahwa rakyat Timor Tengah Utara memanggilmu pulang,” pinta Petrus Kolo yang pernah tugas sebagai frater selama 10 tahun di Kamerun. Guru bahasa Perancis di Jakarta ini memohon agar kabar dari para alumni segera sampai ke telinga Petrus Palbeno. Tujuannya agar mendapatkan kepastian dan apa keputusan yang bersangkutan merespon wacana ini.

Lebih lanjut alumnus Sekolah Filsafat Driyarkara Jakarta ini menjelaskan, ia juga diperintahkan oleh sejumlah alumni Seminari. Misinya sama. Mendorong Petrus Palbeno ke gelanggang kontestasi Pilkada di TTU. Lalu kenapa informasi itu harus disampaikan melalui saya? Petrus Kolo yang direkomendasikan para alumni mengetahui bahwa saya mengenal secara baik dan pernah bersama sama Petrus Palbeno di Malang. Sekedar flasback. Saya pernah tugas di Malang, sebagai wartawan SINDO, (MNC Group). Perkenalan saya dengan Peter Palbeno, nama panggilannya di mulai saat itu dan terjalin hingga kini.

IMG 20240313 182237 - Zonanusantara.com
Pose bersama sejumlah petinggi TNI- AD dari Kodam V Brawijaya.

Perkenalan ini tidak membutuhkan proses adaptasi. Sama-sama suku Timor (dawan) dan punya trah atau garis keturunan dengan warga negara Timor Leste.

Diskusi pun berkembang jauh merembet ke dunia politik. Meski masih terbatas pada tataran wacana, atau katakanlah seumpama angin sepoi yang menyapa terus berlalu. Kendati demikian yang namanya angin sepoi biasanya manja dan sangat menggelitik. Kisi-kisi perbincangan politik memang searah angin sepoi. Manja dan memantik hasrat banyak orang untuk terlibat aktif membicarakannya.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak akan dilaksanakan pada akhir tahun ini atau persisnya di bulan November 2024. Panggung demokrasi lima tahunan ini menjadi incaran bagi para kader terbaik di Kabupaten Timor Tengah Utara. Sebut saja beberapa nama di sini antara lain, Kristo Efi, Yosef Falentinus Kebo, Redem Kono, dan Dr Wilfridus B. Elu. Nama nama ini hanya sebagian kecil. Masih banyak kader yang kalau saya sebutkan semua di sini tidak cukup halaman. Bila diajukan dan mendapatkan restu partai politik, mereka akan bertarung melawan petahana pasangan David Juandi dan Eusabius Binsasi yang saat ini masih berkuasa.

Baca Juga :  Puisi : Andai

Dalam rentang waktu yang tersisa enam bulan ke depan, partai politik mulai sibuk mencari figur yang dianggap layak. Sejumlah nama yang disebutkan di atas, memiliki kapasitas sumber daya dengan kelebihan masing-masing, di luar kelemahan yang ada. Dalam kapasitas intelektual maupun sumber daya (material) rasanya tidak berlebihan bila mereka layak diperhitungkan sebagai figur yang potensial untuk bertarung.

Petrus Palbeno misalnya. Pria berusia 54 ini, merupakan pengusaha sukses di Malang, Jawa Timur. Sempat mengenyam pendidikan di SMA Seminari Lalian (tidak) sampai tamat. Ia kemudian memilih merantau ke Jawa untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di Malang. Dari sini jalan hidupnya dimulai.

Rajutan pertama, melepas masa lajangnya dengan mempersunting Maria Magdalena Barbara Pujiastuti, gadis asal Magelang Jawa Tengah. Fase kehidupan selanjutnya, pasangan ini dikaruniai lima anak (4 putra dan 1 putri ).

Merangkak dari tangga paling dasar, Peter mengawali karier sebagai wartawan harian SURYA (Group KOMPAS) Biro Jatim. Saat ini memiliki beberapa perusahaan dengan klasifikasi besar. Meski terbilang sukses, keseharian hidupnya, tidak pernah melepaskan habitatnya sebagai atoin kuan (orang kampung). Fashion style-nya sederhana saja.

Di luar rutinitas sebagai pengusaha,ia kerap terlibat aktif di dunia politik. Beberapa kali didaulat untuk menjabat ketua tim sukses saat berlangsung Pilkada di Malang. Meski tidak berkecimpung di partai politik, namun ia juga piawai mengendalikan arah perjuangan. Kepiawaian ini menghantarkannya merebut jabatan Ketua Projo Cabang Malang Raya, yang meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu. Diketahui bahwa Projo adalah ormas relawan Pro Jokowi yang diketuai Menkominfo Budi Arie. Hal yang spektakuler adalah ketika ditunjuk Budi Arie untuk mengendors ribuan massa saat Jokowi melakukan kampanye di Malang untuk masa jabatan keduanya. Tugas maha berat ini memaksanya untuk allout guna memberikan jaminan kepada massa pendukung Jokowi. Meng- endors ribuan massa bukan perkara mudah. Butuh perhitungan matang. Bila meleset, aset pribadi jadi taruhan.

IMG 20240313 185749 - Zonanusantara.com
Bersama Dr Beny Oktavinus, dokter pribadi Pak Prabowo, beliau juga Waketum DPP Partai Gerindra

Talenta yang melekat pada dirinya sebagai suatu kelebihan yang dimilikinya. Dengan telaten ia mendesain acara itu  hingga selesai dengan sukses, nyaris tanpa ada isu miring. Sekelumit perjalanan dan sepak terjang yang dilakoni suami dari mbak Pujiastuti (alm)

sepintas memberi gambaran bahwa pria kelahiran TTU 1968 ini tidak saja sukses di jalur bisnis, namun di ranah politik ia pun bisa. Bahkan punya insting yang kuat hingga mampu memainkan pergerakan bandul politik.

Baca Juga :  Cahaya di Kampung Adat

Di Malang Raya, namanya tidak asing. Dikenal luas, baik oleh warga lokal maupun warga NTT yang tergabung dalam komunitas Flobamora. Familiar. Mudah bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan status sosial. Ia juga memiliki akses dan kedekatan emosional dengan elit-elit politik di Jakarta. Bahkan sangat dekat dengan kelurga presiden terpilih Prabowo Subianto.

Figur lain yang pantas dipentaskan di panggung politik antara lain, Kristo Efi, Yosef Falentinus Kebo dan Redem Kono, Dr Wilfridus B. Elu. Deretan nama – nama ini mempunyai rekam jejak karier yang gemilang di bidangnya. Hanya saja meski saya kenal baik dengan mereka namun belum bisa membentangkan sepak terjang mereka secara utuh karena minus data. Kendati demikian ketenaran mereka sudah cukup membumi.

Kristo Efi calon legislatif terpilih yang saat ini menjabat ketua Golkar TTU. Begitu pun dengan Falen Kebo. Aktivis kemanusiaan melalui ormas Beta Timor, merupakan mantan TNI-AD dengan pangkat mayor. Ia kemudian memutuskan untuk pensiun dini dan total di Beta Timor. Sementara Redem Kono dikenal sebagai Staf Ahli anggota DPR RI dari PDI-P. Yang tidak kalah menarik adalah Dr Wilfridus B. Elu. Putra Oepoli Miomaffo Barat ini berprofesi sebagai dosen Ekonomi di Institut Perbanas Jakarta.

Potret kehidupan orang-orang ini saya merekam dari dunia maya. Hasil berselancar ini menuntun saya untuk sementara mengambil simpul bahwa mereka termasuk figur-figur yang bila dilirik partai politik adalah keputusan yang elegan.

Sekali lagi ini masih sebatas wacana. Belum mengkerucut pada figur tertentu. Pun tergantung partai politik sebagai instrumen demokrasi. Mengutip

teori klasik ‘Robert Michels’ hukum besi oligarki dalam partai politik. ‘elit pengurus dan kapitalis pengendali partai yang sesungguhnya lebih berkuasa dalam mengelola partai sebagai instrumen demokrasi.

Wacana tentu saja mengundang rasa ingin tahu lebih dalam dan penasaran, apalagi saat ini memang momentum yang tepat rakyat berdiskusi soal politik sambil menerka siapa figur yang pantas untuk diusung. Situasi politik, memiliki

daya magnet yang kuat. Setiap orang menggunakan hak konstitusinya untuk mengajukan calon yang dikehendaki atau bahkan mencalonkan diri sendiri.

Sambil membangun fantasi mimpi indah dalam benak, menanti kapan genderang itu ditabuh Komisi Pemilihan Umum, agar kita menyaksikan para kandidat menari di atas panggung politik. Suguhan itu tentu saja indah seindah siluet senja sebelum tidur di pangkuan ranjang malam nan pekat.

 

Yosef Naiobe, berprofesi sebagai wartawan dan penulis sastra. Tim penulis buku Antalogi Puisi berjudul Nyanyian Hati.

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment