Cerpen : Pak Yunan

Cerpen : Pak Yunan
Ist
Sosmed-Whatsapp-Green
Zonanusantara.com Hadir di WhatsApp Channel
Follow

 

Pergi memeluk keheningan. Seperti mawar berguguran di tengah gerimis. Sejuta kisah mengukir namanya tetap dikenang dan tak akan pernah lekang oleh sang waktu

Angin sepoi mengibas pohon palem yang berjajar di area perumahan Pandanwangi. Daun-daunnya lembut melambai menyapa.

Aku terus mengayuh polygon kesayanganku menyusuri jalanan berumput. Sesekali rodaku melindas buah palem yang berserakan.

Suasana pagi itu agak sepi. Di seberang sana dua orang laki-laki sedang bersepeda. Aku melempar senyum, saat ia menuju ke arahku. Sementara aku terus malaju menuju ujung gang.

Sebuah rumah mungil berpagar kayu pun tampak sunyi. Oh, mungkin pak Yunan masih terlelap. Setelah semalaman begadang, pikirku. Karena sudah jadi kebiasaan, pak Yunan tidur hingga larut bila teman-teman datang. Atau kadang jagongan dengan bapak-bapak di pos. Acaranya biasa, ngopi.

Baca Juga :  Puisi : Hidup

Tok. Tok. Tok. Aku mengetuk pintu pagar. Berulang-ulang. Lama tak ada jawaban.

“Permisi. Kulonuwun, Pak.” Ini kali ketujuh pagar kuketuk

Seorang pria berambut putih berjalan tertatih membuka pintu. Senyum ramah menghias wajahnya yang mulai keriput. Sorot matanya tajam. Kata teman-teman, mata elang. Gambaran sosok yang gigih. Masih seperti dulu, sangat berwibawa.

“Sugeng enjang, Pak.” aku mencium tangannya sebagai rasa hormat dan sayang.

Aku mengamati sekitar. Masih sama seperti lima tahun lalu.

“Ayo, masuk.” tangannya yang ringkih menggandengku ke teras.

Hampir satu jam kami bercengkrama. Segelas kopi luwak yang disuguhkan untukku, bersih tak tersisa.

Pria bertubuh ramping itu tak segan-segan memberi wejangan kepada siapa pun, termasuk aku. Meski sudah purna, tapi ia tak pernah merasa purna untuk membagi ilmu.

Baca Juga :  Cerpen anak: Kaleng Susu

Sederhana, tanpa pamrih. Itu yang membuatku sangat salut dan hormat. Kami senang menggali pengetahuan darinya. Selalu ada ilmu baru, seakan tiada habisnya seperti sumber air.

“Saya ingin kamu sukses. Belajarlah sungguh-sungguh!” kata-kata yang diucapkannya waktu itu bagaikan jimat buatku.

Dua hari kemudian, teman-teman menelponku. Mengajak ke rumah pak Yunan, untuk mengenang 40 hari ia berpulang.

Ikuti Zonanusantara.com untuk mendapatkan informasi terkini.
Klik WhatsApp Channel & Google News

Related posts