Jakarta – Andi Amran Sulaiman lahir pada tanggal 27 April 1968 di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Anak ketiga dari dua belas bersaudara dari ayah Andi B. Sulaiman Dahlan Petta Linta, seorang pensiunan tentara (veteran) dan Ibu Andi Nurhadi Petta Bau. Andi Amran Sulaiman merupakan garis keturunan dari La To Tenri. La Patau dari istrinya I Mariama melahirkan salah satu putranya bernama I Panaungi yang kemudian menikah dengan Siti Hawang Arung Timurung. Dari pernikahan itu, kemudian melahirkan salah seorang di antaranya La Page Arung Maloloe.
Arung Maloloe ini mempunyai istri yang bernama We Saloge Arung Peteng. Dari perkawinan ini melahirkan La Maggalatung Arung Galung, La Passappo Arung Kading, La Papariusi Arung Balieng dan I Masing Arung Peteng/Tengnga-Tengnga.
Dari I Masing menikah yang selanjutnya menikah dua kali ini, masing-masing dengan La To Saddeng dan La To Tenri. Dari perkawinan La To Tenri dan I Masing, lahirlah putranya bernama La Mappeware (Arung Tompobulu) yang selanjutnya terus ke La Selo Arung Bengo, hingga ke Ibunda Menteri Pertanian, Andi Nurhadi Petta Bau.
Nama Andi Amran Sulaeman yang akrab disebut Puang Amran tidak asing di panggung politik nasional. Bila menyebutkan namanya Ingatan khalayak tentu saja mengarah kepada Menteri Pertanian RI saat ini.
Sebagai salah satu tokoh Nasional yang berasal tanah bugis (Bone) Sulawesi Selatan, tidak lepas dari kehidupan dengan falsafah hidup orang Bugis yang diwariskan secara turun temurun yang dikenal dengan falsafah “Sulapa Eppa” (empat sisi) kualitas hidup orang Bugis/Makassar yaitu: berani (warani), cerdas (macca), kaya (sugi) dan taat beragama (panrita) pelras, 1996.
Perpaduan “Sulapa Eppa” dalam kehidupan Andi Amran Sulaeman dilihat dari sisi berani (warani) yang dikenal berani dalam mengambil kebijakan yang inovatif dan sering kali tidak konvensional, misalnya ia memperkenalkan berbagai program yang berfokus pada peningkatan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.
Salah satu kebijakannya yang menonjol adalah upayanya dalam memerangi mafia pangan, yang dianggap banyak pihak sebagai langkah yang sangat berani karena melawan kepentingan-kepentingan besar, kebijakan penertiban dan pengawasan ketat terhadap impor pangan ilegal yang sering merusak harga pasar domestik.
Taat beragama (panrita) yang dikenal sebagai seorang yang religius dan memegang teguh nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan dan pekerjaannya. Dengan latar belakang spiritual yang kuat, Andi Amran menunjukkan kepedulian yang besar terhadap masyarakat petani. Ia seringkali terlibat langsung dalam kegiatan sosial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani, seperti program bantuan langsung dan penyuluhan pertanian. Dengan komitmen yang kuat terhadap agama islam dan kecintaan terhadap Ibunya, Andi Amran membangun Masjid yang diberi nama Hajjah Andi Nurhadi yang tidak lain adalah nama ibunya sendiri.
Masjid tersebut tak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah, tapi juga akan menjadi pusat pengembangan peradaban Islam di Kawasan Timur Indonesia (KTI), yang berorientasi pada peningkatan kemakmuran jamaah, pusat perputaran ekonomi, wadah pembentukan karakter pendidikan akhlak generasi penerus tempat berkumpul dan menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah dan kebudayaan, pusat kaderisasi umat, dan basis kebangkitan umat Islam. Dan juga dibangun sebuah Rumah Sakit Internasional yang diberi nama AAS International Hospital.
Kaya (sugi) sebelum jadi menteri pertanian Andi Amran dikenal sebagai sosok pengusaha sukses yang memiliki beberapa bisnis yang berkembang pesat yaitu 34 perusahaan dibawah naungan bendera holding Tiran Group. Dengan kekayaan tersebut Andi Amran menggunakan kekayaan tersebut untuk kegiatan sosial keagamaan, dengan membangun Masjid dan Rumah Sakit Internasional sebagai bentuk pengabdiannya terhadap agama, bangsa dan negara.
Kekayaan tersebut digunakan untuk investasi yang tidak hanya meningkatkan kekayaannya secara pribadi tetapi juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan efisiensi pertanian di Indonesia. Dengan kekayaan materi yang dimilikinya, Andi Amran Sulaiman memiliki kapasitas untuk mendukung kebijakan-kebijakan pertanian yang ia buat. Misalnya, ia bisa memberikan contoh langsung dalam penerapan teknologi pertanian modern melalui bisnisnya sendiri, yang dapat menjadi model bagi petani lainnya dan melakukan berbagai inisiatif yang memberdayakan petani, seperti program bantuan, pelatihan, dan penyediaan alat-alat pertanian. Ini menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat sektor pertanian di Indonesia.
Cerdas (macca) sebagai orang yang berpendidikan tinggi dan penerima Hak Paten/Penemu (1988-1993), Andi Amran juga dua kali mendapat predikat Cumlaude yaitu pada Pascasarjana Pertanian UNHAS 2002-2003 dan Program Doktor Ilmu Pertanian UNHAS 2008-2012. Juga kecerdasannya dalam memahami isu-isu pertanian dan kemampuannya mencari solusi inovatif menjadi salah satu keunggulan utamanya sehingga mampu mengimplementasikan kebijakan yang tepat sasaran untuk mengatasinya.
Andi Amran Sulaiman mempunyai motto “boleh terlahir miskin, tapi tidak boleh mati dalam keadaan miskin” dengan komitmen yang kuat dalam bahasa bugis “lao sappa deceng lisu mappideceng” artinya, “pergi mencari kebaikan pulang untuk memperbaiki”. Litani perjalanan hidupnya menjadi cahaya bagi orang Bugis umumnya. Ia juga dipandang sebagai sosok pewaris tahta empat pesohor sulawesi selatan bernama Yusuf.
Potretnya bagaikan bingkai magnetis yang dijadikan ikon bahkan motivasi bagi generasi berikutnya. Banyak orang mengagumi derap langkahnya. diantaranya kedua putra bugis Bone yang banyak mengabdikan diri di berbagai pelosok Negeri dan juga merupakan alumni terbaik semasa aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yakni Dr. H. Andi Abbas, S.H., MH., M.Si dan Dr. Hasanuddin, S.E., M. Si.