BONE–Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan penanggulangan penyakit kusta, Pemerintah Kabupaten Bone bekerjasama dengan NLR Indonesia dan Yayasan Perempuan BesKar Bone menyelenggarakan kegiatan “Sentisisasi tentang Kusta dan Konsekuensinya Lintas Stakeholder dan Komunitas Masyarakat/Kelompok”. Acara ini berlangsung pada Kamis, 27 Juni 2024, di Aula Kampus Universitas Andi Sudirman (Uniasman), Jl. Yos Sudarso Cellu poros Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan mengenai kusta, serta dampaknya terhadap kesehatan dan sosial. Acara ini juga menjadi ajang penandatanganan Nota Kesepahaman antara Yayasan Perempuan BesKar Bone dan Universitas Andi Sudirman terkait Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Dalam kegiatan ini, hadir berbagai tokoh penting antara lain: Kepala Dinas Kesehatan Bone yang diwakili oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, dr. Kasmawar Abbas, Rektor Uniasman, DR. Muh Yasin, SH., MH, Direktur Yayasan Perempuan BesKar Bone, Dr. Asia A. Pananrangi, SP., S.H., M.H, Direktur LPP Bone dan Pembina Yayasan Perempuan BesKar Bone, Dra. A. Ratnawati AZ, M.Si, Perwakilan Netherlands Leprosy Relief (NLR) Indonesia, Manager Zero Leprosy Consequences Workstream, Arnoldus Jansen Angga Yanuar Risnanto (via Zoom). Jajaran Kampus Uniasman Bone, para Stakeholder, dan mahasiswa Uniasman Bone.
Fokus pada Pencegahan dan Pengurangan Dampak Kusta
Dalam laporannya, Direktur Yayasan Perempuan BesKar Bone, Dr. Asia A. Pananrangi, SP., S.H., M.H, menyampaikan bahwa kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Selama 10 tahun terakhir, jumlah kasus kusta tetap stabil, yang tidak hanya menimbulkan masalah medis dan disabilitas tetapi juga berdampak pada aspek sosial, ekonomi, stigma, dan diskriminasi.
“Netherlands Leprosy Relief-NLR Indonesia telah bekerja sama dengan pemerintah dalam mendeteksi dan mengobati pasien kusta, yang menghasilkan pengobatan dan perawatan kusta yang lebih baik. Namun, hal ini belum berhasil menghentikan penularan dan menurunkan jumlah pasien baru kusta,” jelas Dr. Asia A. Pananrangi.
Program “Zero Leprosy Project” yang akan dilaksanakan pada tahun 2024 hingga 2026 ini bertujuan untuk mengurangi penularan kusta dan konsekuensinya. Program ini diharapkan dapat memberikan fokus intervensi kepada pencegahan kusta, serta melibatkan berbagai pihak untuk berperan aktif dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Kabupaten Bone.
Dalam periode 2020 hingga 2023, tercatat ada 384 orang yang terpapar penyakit kusta di Kabupaten Bone. Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan angka tersebut dapat ditekan dan masyarakat Bone dapat terbebas dari ancaman penyakit kusta.
Rektor Uniasman, Dr. Muh Yasin, SH., MH., menyampaikan harapannya agar kerja sama ini dapat berlanjut dan tidak hanya berhenti pada penandatanganan semata. “Melalui penandatanganan MoU ini, kita tidak hanya ingin berhenti pada seremonial saja. Kita berharap dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang bertujuan merubah stigma masyarakat terhadap penyakit kusta. Penyakit ini tidak perlu ditakuti terkait penularannya, karena tidak mudah menular langsung antar manusia. Dengan kehadiran kita semua, semoga kita dapat bekerja sama untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dan berinteraksi dengan baik tanpa rasa takut,” ujar Dr. Yasin.
Selain itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bone yang diwakili oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Kasmawar Abbas, juga mengungkapkan bahwa kegiatan hari ini yang melibatkan Yayasan Beskar dan Yayasan Uniasman adalah langkah awal kolaborasi yang lebih luas lagi. “Kami dari Dinas Kesehatan telah meluncurkan program ‘Kusta Masuk Kampus’. Kami berharap keterlibatan perguruan tinggi ini dapat membantu menurunkan angka kusta di Kabupaten Bone,” kata dr. Kasmawar.
Kolaborasi ini menunjukkan komitmen kedua belah pihak dalam mengedukasi masyarakat tentang penyakit kusta dan mengurangi stigma yang ada. Dengan melibatkan perguruan tinggi, diharapkan program ini dapat mencapai hasil yang lebih signifikan dalam upaya eliminasi kusta di Kabupaten Bone. (*)