
Bagi warga Desa Arjowilangun, Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang, Jawa Timur, untuk bisa menikmati sebuah obyek wisata, kini tak lagi membutuhkan biaya mahal. Kehadiran jembatan warna warni, bisa menjadi solusi. Toh panoramanya tak kalah menarik untuk dinikmati.
Jembatan bantuan H. Sukma Raharjo ini pun menyuguhkan keindahan di waktu malam. Pengunjung bakal dibuat terpesona dan larut dalam pesona malam. Wow!
Jembatan dengan panjang lebih dari 200 meter, lebar sekitar delapan meter, dilengkapi dengan lampu warna warni. Pemasangan asesoris lampu ini menjadi dayak tarik tersendiri bagi penikmat sebuah obyek wisata. Apalagi di waktu malam, lampu lampu akan memancarkan cahaya warna-warni. Tampak dari jauh, layaknya kupu-kupu sedang beterbangan di angkasa raya.
Baca juga: Ini Harga Vivo V23 5G di Indonesia, Spesifikasi Lengkap
Situasi ini menjadikan jembatan penghubung perbatasan Dukuh Pangganglele dan Dukuh Duren, padat dikunjungi wisatawan lokal, terutama pada malam hari.
H. Sukma Raharjo, selama ini dikenal sebagai pengusaha dermawan. Untuk membangun jembatan, pria paruh baya ini, rela merogoh kocek pribadinya.
Baca juga: Lowongan Kerja BPJS Ketenagakerjaan Terbaru untuk 3 Posisi
Seorang warga setempat, mengaku pembangunan jembatan itu, murni bantuan H. Sukma Raharjo.
“Itu bantuan dari Abah,” ujarnya.
Pria yang enggan menyebutkan identitasnya, dengan alasan sungkan terhadap H. Sukma Raharjo, menyatakan sebagian besar material jembatan yang dikerjakan tukang dari Malang, didatangkan dari Bontang, Kalimantan Timur.
Untuk diketahui, H. Sukma Raharjo membangun piranti bisnisnya di Bontang. Usaha yang dimulai dari nol tersebut, kini menjadikan namanya masuk dalam kategori pengusaha sukses di daerah itu.
Lantaran membangun usahanya di Bontang, H. Sukma Raharjo setiap bulan harus bolak balik Bontang- Malang, dan tempat kelahirannya, di Banyuwangi, Jawa Timur.
Kahadiran obyek wisata buatan itu, mendadak menjadi buah bibir. Bahkan dalam sebuah momen, wakil bupati Malang, Didik Gatut Subroto pose bersama istrinya di dampingi camat setempat. Dari tangkapan layar, foto itu direkam pada malam hari. Didik yang memakai baju hitam dipandu celana panjang warna serasi, bergaya anak milenial jaman now. Kakinya sedikit melingkar. Tangan kanannya diangkat setengah lingkaran sambil melempar senyum.
Sayangnya entah dalam rangka apa, orang nomor dua di Kabupaten Malang itu, bertandan ke sana dan mengabadikan momen tersebut.
Meski telah banyak membantu warga, namun ia tetap bersikap merendah. “Apa yang saya berikan kepada orang lain, sebenarnya itu hak mereka (kaum dhuafa),” kata H. Sukma suatu waktu.
Sikap merendah juga ditujukkan saat dikonfirmasi perihal alasan membangun jembatan dengan dana pribadi. Melalui ponsel pribadinya, Abah Sukma, demikian sapaan akrabnya, enggan menjelaskannya, termasuk biaya yang dikeluarkan.
“Ah itu jembatan milik warga,”ujarnya sambil tertawa.
Tentang ide membangun jembatan tersebut, H. Sukma yang masih tampak energik di usianya yang sudah hampir 60 tahun ini mengelak menceritakannya. Ia malah balik bertanya, ” Sampean tahu dari siapa. Dasar wartawan tahu aja,”timpalnya sambil bercanda.
Di balik canda itu bisa dipahami. Sebagai tokoh agama, ia tak mau menceritakan kepada siapa pun tentang perbuatan baik yang ia lakukan kepada orang lain. Ia juga tak pernah berpikir apakah setiap kebaikan akan mendatangkan pahala. Bagi dirinya, kebaikan sekecil apapun niscaya akan mendatangkan pahala berupa rejeki, kesehatan dan lain-lain.
Sampai di titik ini kita sepakat bahwa apa yang dilakukan tangan kanan, tangan kiri tak perlu mengetahuinya. Semoga!