KEFAMENANU,- Dinas Kesehatan menggelar Workshop penguatan
manajemen program malaria yang melibatkan sebanyak sebelas petugas di Puskesmas Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.
Kepala Bidang kesehatan masyarakat pada Dinas Kesehatan TTU, Kristoforus Salu mengatakan, malaria di Kabupaten TTU per Agustus 2023 turun 1 persen dari tahun sebelumnya 0,02 persen menjadi 0,01 persen dan dikategorikan endemis malaria rendah.
“Kedepan kita akan melakukan penemuan kasus dengan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis kepada 10 persen dari total penduduk yang ada. Paling tidak 10 persen dari total penduduk harus diperiksa,”ujarnya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular di Dinas Kesehatan Propinsi NTT, A.A.G.B. Adi Suardipa mengatakan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang sebelumnya dilakukan di Bone Ana, Kabupaten Kupang pertengahan Agustus lalu.
“Workshop ini dilaksanakan di 5 Kabupaten di daratan Timor yang belum eleminasi yakni Belu, Malaka, TTU, TTS dan Kabupaten Kupang. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas petugas dalam upaya pencegahan dan pengendalian malaria,”ujarnya.
Ia mengatakan, penanganan malaria ibarat buah semangka dan balon. Buah semangka itu kulit luarnya berwarna hijau. Begitu dibelah isi dalamnya berwarna merah dan biji-bijian hitam.
“Kulit semangka itu ibarat status endemis rendah malaria yang berwarna hijau. Namun apakah datanya sudah valid atau akurat sesuai dengan warna semangka yang kulitnya hijau itu atau tidak,”ujarnya bertanya.
Menurutnya, sampai saat ini masih ditemukan kasus malaria sehingga belum tentu warna hijau didalamnya menggambarkan bahwa kasus malaria sudah valid 100 persen.
“Jadi harus seirama warna di luar dengan warna di dalam,”ungkapnya.
Sedangkan balon menggambarkan usaha untuk bagaimana memecahkan kasus malaria menjadi lenyap. “Kita pecahkan sehingga tidak ada kasus malaria,”tukasnya.