BONE — Suasana berbeda terasa di lingkungan UPT SMAN 9 Bone Senin, 29 September 2025. Halaman sekolah berubah layaknya Tempat Pemungutan Suara (TPS) dengan ornamen khas demokrasi. Bedanya, tidak ada lagi bilik suara dengan kertas yang harus dicoblos atau ditusuk. Sebagai gantinya, layar komputer menyala siap menampung aspirasi siswa.
Inilah wajah baru Pemilihan OSIS (Pemilos) serentak se-Sulawesi Selatan, hasil kerja sama antara Dinas Pendidikan Sulsel dan KPU Sulsel. Untuk pertama kalinya, seluruh Ketua dan Wakil Ketua OSIS dipilih dengan sistem e-voting. Setiap siswa cukup “klik” pada layar komputer untuk menentukan calon pemimpin OSIS mereka.
Pemilos di SMAN 9 Bone diawali dengan pelantikan KPPS oleh KPU, disaksikan langsung oleh Kepala Seksi Pembinaan SMA Cabdisdik 3 Bone, Dr. Shabiel Zakaria, S.Pd., M.Pd., Komisioner KPU Bone Rusnaedi, S.Pd., M.Si., Abdul Aziz, serta Kepala UPT SMAN 9 Bone, Mulyana Razak, S.Pd., M.Pd.
Tahapan pemilihan berlangsung tertib. Siswa dipanggil kelas per kelas, kemudian menyampaikan hak suaranya melalui aplikasi e-voting. Hanya dalam hitungan detik, suara mereka langsung terekam dalam sistem. Semua proses diawasi oleh pihak KPU dan Cabdisdik.
Dr. Shabiel menilai pelaksanaan e-Pemilos ini sudah sesuai juknis. “Suasananya seperti pilpres. Saya melihat ini adalah pencapaian luar biasa, apalagi dilaksanakan secara online. Ke depan, tentu ada hal-hal yang bisa dibenahi dari masukan KPU,” ujarnya.
Komisioner KPU Bone, Abdul Aziz, juga memberikan apresiasi. Menurutnya, e-Pemilos menjadi “laboratorium demokrasi” bagi pelajar. “Mereka inilah pemilih pemula tahun 2029 nanti. Saya melihat TPS di SMAN 9 Bone sudah sangat layak bila dipakai dalam Pemilu,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala UPT SMAN 9 Bone, Mulyana Razak, mengungkapkan kebanggaan atas semangat para siswanya. “Saya melihat anak-anak sangat berapi-api. Bahkan hari-hari terakhir ini mereka fokus mempersiapkan Pemilos dengan sungguh-sungguh,” tuturnya.
Pemilos serentak berbasis digital ini menjadi tonggak baru pendidikan demokrasi di sekolah. Dari ruang kelas, siswa belajar bukan sekadar memilih pemimpin OSIS, melainkan juga merasakan langsung pengalaman berdemokrasi yang lebih modern, transparan, dan akuntabel. (*)