Kota Malang – Tim PUBG Mobile Kota Malang menyumbangkan pundi-pundi medali perunggu untuk kontingen Kota setempat, di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jawa Timur (Jatim) 2025, yang di gelar di Lippo Plaza Batu, Selasa (1/7/2025).
Pelatih tim PUBG Mobile Kota Malang, Dira Adhim Hilmi mengatakan, meski tidak pernah meraih posisi pertama atau chicken dinner dalam lima pertandingan yang dimainkan, tim Kota Malang unggul dari segi perolehan poin eliminasi atau kill, hal itu merupakan hasil yang lebih baik dibandingkan Porprov VIII 2023, di mana tim Kota Malang gagal meraih medali.
“Hasil perunggu ini bisa jadi penyemangat untuk tim Mobile Legends dan Free Fire yang akan bertanding mendatang,” katanya.
Cabor E-sports di Porprov Jatim 2025 mempertandingkan gim PUBG Mobile, Mobile Legends, Free Fire, dan eFootball. Selain itu, terdapat pula pertandingan eksibisi untuk gim Honour of King, EA Sports FC Mobile, dan Battle of Guardian.
Akan tetapi, kontingen Kota Malang hanya mengikuti tiga gim utama, yakni PUBG Mobile, Mobile Legends, dan Free Fire.
Dira berharap tim Mobile Legends dan Free Fire juga bisa menyumbangkan medali, bahkan menargetkan medali emas.
Ia menjelaskan bahwa raihan medali perunggu oleh tim PUBG Mobile dipengaruhi oleh beberapa kendala teknis saat pertandingan berlangsung.
“Banyak faktor yang mempengaruhi performa tim, seperti sinyal yang kurang stabil dan zona permainan yang tidak berpihak,” jelasnya.
Dalam gim PUBG Mobile, sistem zona memainkan peran krusial dalam strategi dan kelangsungan permainan.
Terdapat dua zona utama yang mempengaruhi jalannya pertandingan: Zona Biru, yang terus menyempit dan bisa mengurangi nyawa pemain di luar batas, serta Zona Merah, area berisiko tinggi karena adanya serangan bom udara secara acak.
Kondisi zona yang tidak menguntungkan membuat tim harus bergerak cepat dan sering berada dalam posisi kurang strategis dibandingkan lawan. Hal ini memaksa tim Kota Malang untuk mengubah fokus strategi menjadi perolehan kill sebanyak mungkin demi menambah poin.
Faktor lain yang mempengaruhi persiapan tim adalah penyesuaian jadwal latihan dengan aktivitas akademik, mengingat mayoritas anggota tim masih berstatus mahasiswa.
“Persiapan kami sudah dilakukan sejak enam bulan lalu. Para atlet harus berkorban untuk izin kuliah, tapi dari pengorbanan itu akhirnya membuahkan hasil,” tegasnya.
“Jadi, turnamen berlangsung sangat kompetitif sejak awal hingga akhir, karena penentuan medali baru bisa ditentukan pada pertandingan terakhir,” tambahnya.