BONE–Suasana sakral membalut Kabupaten Bone saat Pemerintah Daerah memperingati Hari Jadi Bone (HJB) ke-695 dengan ritual budaya khas yang telah menjadi identitas daerah: Mattompang Arajang, sebuah prosesi pembersihan benda-benda Pusaka kerajaan Bone Kamis, 20 April 2025.
Tradisi ini bukan hanya menjadi rangkaian seremoni belaka, melainkan refleksi spiritual dan penghormatan mendalam terhadap sejarah panjang serta kebijaksanaan para leluhur Bone. Prosesi ini dilaksanakan secara adat, melibatkan tokoh budaya dan para panre bessi (pandai besi) yang selama ini menjadi penjaga keaslian dan keagungan pusaka kerajaan.
“Hari ini, kita berkumpul dalam sebuah momen penting yang penuh dengan makna. Acara Mattompang Arajang bukan sekadar ritual, tetapi simbol penting menjaga dan melestarikan nilai-nilai sejarah serta budaya yang telah tumbuh dan berkembang di tanah ini,” tutur Bupati Bone, H. Andi Asman Sulaiman dalam pidato resminya.
Acara ini disaksikan langsung oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, anggota DPD RI H. Andi Abd Waris Halid, para kepala daerah se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, anggota DPRD Provinsi, serta Forkopimda. Kehadiran mereka menegaskan bahwa Mattompang bukan hanya milik Bone, tetapi warisan budaya Nusantara yang patut dihormati bersama.
Dalam prosesi itu, pusaka kerajaan seperti keris, tombak, perisai, hingga payung kebesaran dibersihkan dan dirawat. Setiap benda mengandung kisah perjuangan, nilai kepemimpinan, dan semangat luhur yang diwariskan dari masa ke masa. “Pusaka atau Arajang bukan sekadar benda warisan, tetapi simbol kejayaan, kekuatan, dan kebesaran Bone,” lanjut Bupati.
Mattompang Arajang, yang telah ada sejak zaman Kerajaan Bone berjaya, dulu menjadi momentum penting untuk memperkuat hubungan antarmasyarakat dan mempertegas kedaulatan raja-raja Bone. Kini, ia menjadi momen refleksi jati diri masyarakat Bone di tengah arus modernisasi.
Tema HJB tahun ini, “Mappasitemmu Ininnawa Bone Ri Madeceng” atau “Menyatukan Hati, Bone yang Lebih Baik”, menggambarkan harapan dan semangat gotong royong untuk memajukan Bone ke arah yang lebih bermartabat. Dalam sambutannya, Bupati Andi Asman mengajak seluruh masyarakat, tanpa kecuali, untuk menyatukan visi dan hati demi membangun Bone yang sejahtera, berpendidikan, dan menjunjung nilai-nilai budaya.
“Kita semua adalah bagian dari sejarah panjang Bone yang harus dijaga dan diteruskan kepada generasi mendatang. Mattompang adalah momen penting yang dapat menguatkan ingatan kita pada sejarah untuk memperjelas masa depan Bone,” tegasnya.
Meski tantangan pembangunan seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan masih membentang di depan, semangat persatuan dalam balutan budaya diyakini mampu menjadi bahan bakar untuk menatap masa depan Bone yang lebih baik.
Hari itu, Bone tak hanya merayakan usia, tapi juga memperkuat ruh budaya dan spiritualitasnya – lewat kilau pusaka, deru doa, dan denyut sejarah yang terus hidup dalam ritual Mattompang Arajang. (*)