
Oleh : Yosef N.
Sahabat baru kawan lama. Partai Amanat Nasional (PAN) untuk pertama kalinya hadir di istana negara. Kehadiran partai politik pimpinan Zulkifli Hasan atau yang akrab disapa Zulhas, mendapat sambutan hangat dalam pertemuan bersama koalisi partai pendukung pemerintah.
Selama ini partai berlambang matahari ini berada di luar struktur pemerintahan. Kendati demikian PAN tampil elegan. ‘Ramah” dalam mengkritik. Tidak frontal dan sporadis layaknya partai oposisi. Boleh dikata, PAN memang berada di luar, namun nyatanya berada di dalam. Secara organisasi, memposisikan diri sebagai opisisi yang santun. Namun misinya sejalan dengan pemerintahan Jokowi. Lantaran ambivalensi itu, PAN harus menerima konsekuensi. Tak satu pun kadernya masuk dalam jajaran kabinet (menteri).
Dinamika dan atomosfir perpolitikan penuh warna-warni. Kehadiran Partai Amanat Nasional dalam rapat yang konon katanya membahas pemindahan ibukota negara ke Kalimantan itu, mendapat kehormatan khusus. Kehadiran Zulkifli Hasan bersama partainya mendapat simpati di tengah paceklik arus dukungan terhadap Jokowi akibat badai virus Corona.
Tiba di istana, untuk mengikuti rapat Rabu (25/8), salah seorang elit partai menyebut Zulkifli Hasan sebagai sahabat baru. Istilah ini mempertegas posisi PAN. Bisa diterjemahkan bahwa partai yang dimotori artis beken legendaris Frangky Sihalatua di awal pendiriannya bersama Amin Rais, bakal merapatkan barisan untuk berkoalisi.
Sekedar flashback ke pemilihan presiden kali lalu. PAN secara organisasi tidak mendukung Jokowi – Ma’ruf Amin. Akan tetapi secara personal simpatisan dan bahkan sebagian kader secara terang terangan mendukung pencalonan Jokowi – Ma’ruf.
Kala itu PAN berkoalisi dengan Demokrat, Gerindra dan PKS mendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Amien Rais memiliki power besar. Sebagai salah satu tokoh pendiri partai, Amien Rais dapat menentukan arah politik sesuai selera dan kemauan dirinya.
Seiring perjalanan waktu, haluan politik di tubuh PAN mengalami perubahan. Amien Rais yang memutuskan keluar dari partai yang ia dirikan pasca kejatuhan rezim Soeharto 1998. Mantan ketua MPR ini kemudian mendirikan partai baru dengan nama Partai Ummat.
Hengkangnya Amien Rais dari PAN memberikan ruang bagi Zulkifli Hasan untuk menentukan sikap politik termasuk memenuhi undangan Presiden Joko Widodo mengikuti rapat di Istana. Sikap Zulkifli Hasan ini sejalan dengan pandangan Machiavelli bahwa seorang pemimpin harus dapat bersikap fleksibel sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitar.
Politik praktis selalu menggelitik. Magnet bagi pencari kekuasaan. Ibarat perahu layar sang nahkoda (Zulkifli Hasan) menepi menuju pelabuhan bernama dermaga koalisi partai pendukung pemerintah. Atau ke manakah arah perahu itu, kita hanya bisa mengelus dada sambil berucap “Quovadis’
Penulis : Wartawan asal Timor bekerja di Jakarta.