BONE–Kerja sama antara Universitas Andi Sudirman dan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bone bukan hanya sekadar formalitas, tetapi membuahkan hasil konkret dalam meningkatkan potensi pertanian di Kabupaten Bone. Salah satu wujud nyata dari kolaborasi ini adalah bantuan alat pertanian seperti traktor dan pompa air yang diberikan kepada mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Kepala Dinas, H. Andi Asman Sulaiman, tidak hanya memberikan fasilitas, tetapi juga terus mendorong edukasi bagi mahasiswa tentang bagaimana menjadi petani sukses di masa depan.
Bertempat di Aula Kampus Universitas Andi Sudirman, adik Menteri Pertanian RI ini kembali berbagi wawasan mengenai sektor pertanian di Kabupaten Bone kepada ratusan mahasiswa baru dari Fakultas Hukum dan Politik serta Fakultas Sains dan Kesehatan dalam kegiatan Kuliah Tamu Rabu, 11 September 2024. Peraih Satyalancana Karya Satya X dari Presiden RI pada tahun 2023 ini menekankan pentingnya memahami potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Bone, terutama dalam hal tanaman pangan.
Menurut Andi Asman, Kabupaten Bone memiliki potensi besar di sektor padi. Dengan luas tanam yang mencapai 141.441 hektar pada tahun 2023, dan hasil produksi sebesar 987.677 ton, Kabupaten Bone menjadi salah satu daerah penghasil padi yang signifikan di Sulawesi Selatan. Komoditas jagung juga menjadi unggulan, dengan luas potensi lahan sekitar 60.000 hektar dan produksi mencapai 550.000 ton per tahun, komoditas ini diharapkan bisa menjadi sumber ekspor baru bagi daerah tersebut.
Selain padi dan jagung, Kabupaten Bone juga mengembangkan komoditas hortikultura seperti cabe dan bawang merah. Pengembangan bawang merah seluas 300 hektar menghasilkan 2.590 ton pada tahun 2022, sementara cabe yang ditanam di lahan seluas 367 hektar menghasilkan 1.356 ton. Sejak tahun 2020, tanaman kol mulai dikembangkan di dataran rendah oleh petani di Desa Manciri, Kecamatan Ajangale.
Namun, sektor perkebunan, terutama kakao, menghadapi tantangan. Dengan penurunan luas lahan dari 30.000 hektar menjadi hanya 15.020 hektar, sektor ini membutuhkan peremajaan tanaman dan pengendalian hama. Penyebab penurunan ini antara lain adalah usia tanaman yang sudah tua, serangan hama, dan peralihan lahan ke tanaman jagung yang lebih menguntungkan.
Untuk mengatasi tantangan ini, Andi Asman juga menekankan pentingnya inovasi di sektor pertanian berbasis pedesaan. Inovasi seperti Mandiri Benih, perubahan pola pikir petani dari sistem tanam hambur langsung ke sistem tanam pindah, hingga penggunaan Kartu Tani untuk menebus pupuk subsidi telah memberikan dampak positif. Beberapa program lain seperti UPJA (Unit Pelayanan Jasa Alsintan), Program YESS (Petani Milenial), dan Family Farming terus didorong untuk mendukung modernisasi sektor pertanian di Bone.
Dengan kolaborasi antara institusi pendidikan dan pemerintahan, harapannya generasi muda dapat berperan lebih besar dalam pembangunan pertanian Kabupaten Bone. (*)