Catatan : Toski Dermaleksana
Minimnya anggaran yang dirasakan para pembina cabang olahraga di KONI Kabupaten Malang, Jawa Timur, tidak menyurutkan semangat para atlet meraih prestasi.
Pekan Olahraga Nasional ke 20 yang diselenggarakan di Papua telah usai. Meski demikian pesta olahraga empat tahunan ini masih menyisakan kisah tersendiri bagi para atlet yang berlaga di bumi Cendrawasih itu. Sebut saja atlet asal Kabupaten Malang. Kisah sukses mereka mengoleksi 38 medali mengharumkan kontingen asal Jawa Timur.
Catatan peringkat perolehan medali hingga hari terakhir, kontingen Jawa Timur meraih
110 medali emas, 89 medali perak dan 88 perunggu. Dengan capaian ini Jawa Timur berada di peringkat ke tiga di bawah DKI sebagi runer up dengan Jawa Barat.

Namun dibalik raihan emas tersebut tidak dibarengi dengan anggaran yang memadai. Hal ini berdampak pada pembinaan para atlet.
Ketua Cabor Gulat dan Sambo KONI Kabupaten Malang Sulastiman, mengatakan
KONI Kabupaten Malang, memiliki 53 cabang olahraga namun anggaran yang disediakan hanya Rp 1,9 miliar. Dengan keterbatasan ini kata dia setiap ketua cabang olahraga yang tergabung dalam induk organisasi KONI terpaksa harus terjun bebas menggalang dana sendiri.
“Kalau di Camp (Tempat latihan) ini, berhasil mencatat atlet yang meraih dua medali emas dan satu perunggu, yakni Shinta Eka Arfenda dan Varadisa Septi Putri masing-masing memperoleh medali emas, dan Mutiara Ayuningtyas memperoleh medali perunggu,” kata Sulastiman, Senin (25/10).
Ketiga atlet tersebut, lanjut Sulastiman, berasal dari Kecamatan Tumpang, dan Poncokusumo. Para atlet ini diakui memiliki semangat juang yang tinggi. Dengan menyumbangkan emas untuk Jawa Timur, mereka telah mengukir sejarah dalam bidang olahraga di Kabupaten Malang.
Sulastiman yang juga merupakan guru olahraga di SMPN 1 Tumpang ini mengakui prestasi atlet yang diraih tidak berimbang dengan anggaran yang disediakan pemerintah setempat.
“Meski anggaran terbatas untuk berlatih, tapi mereka bisa memperoleh medali di PON Papua,” aku Sulastiman.
Menurut Sulastiman saat ini ia membina 19 atlet yang terdiri dari pelajar SMP hingga mahasiswa. Beberapa atlet tersebut merupakan anak yatim, yang dalam sisi ekonomi orang tuanya kurang beruntung.
Para atlet yang dibina tersebut seakan tidak memperdulikan faktor ekonomi. Mereka memiliki semangat yang begitu besar dalam berlatih, dan ingin menjadi yang terbaik agar bisa mengharumkan nama Kabupaten Malang, baik dalam laga nasional maupun internasional.
Sulastiman berharap Pemerintah Kabupaten Malang memperhatikan prestasi atlet, apalagi tahun depan akan diselenggarakan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim VII.
“Dalam Porprov itu, KONI Kabupaten Malang menargetkan masuk tiga besar. Kami sangat optimis bisa masuk tiga besar. Sudah ada buktinya, di PON Papua, atlet Kabupaten Malang membawa pulang 38 medali,” terangnya.
Perlu diketahui, untuk menampung para atlet gulat dan Sambo di Kabupaten Malang, Sulastiman telah merogok sakunya untuk membangun Camp Gulat secara mandiri tanpa ada bantuan dari Pemerintah Daerah.
Camp tersebut dibangun di Desa Tulusbesar, Kecamatan Tumpang. Untuk menuju Camp Gulat harus melalui jalan setapak sepanjang 300 meter, karena lokasinya curam dan tanpa ada fasilitas yang memadai, termasuk fasilitas air.