Desa Lampoko Dikunjungi Peserta KKL Wilhan Pasis Dikreg Seskoad, Kadis Asman: Wujud Nyata Ketahanan Pangan

Desa Lampoko Dikunjungi Peserta Kkl Wilhan Pasis Dikreg Seskoad, Kadis Asman: Wujud Nyata Ketahanan Pangan
Sosmed-Whatsapp-Green
Zonanusantara.com Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Desa Lampoko Dikunjungi Peserta Kkl Wilhan Pasis Dikreg Seskoad, Kadis Asman: Wujud Nyata Ketahanan Pangan
Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura Dan Perkebunan Kabupaten Bone H. Andi Asman Sulaiman

BONE–Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo, menjadi saksi kunjungan dari peserta Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Wilayah Pertahanan (Wilhan) Perwira Siswa (Pasis) Pendidikan Reguler (Dikreg) LXIV Seskoad Tahun Anggaran 2024. Sebanyak 18 orang hadir dalam rombongan ini, terdiri dari 12 perwira siswa, 5 pejabat penyelenggara, dan seorang pakar litbang dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani).

Kunjungan yang berlangsung pada Selasa, 02 Juli 2024, ini dipimpin oleh Kolonel Infanteri Eppy Gustiawan dan Kolonel Infanteri Turnito Susanto, serta didampingi oleh Dr. Danni Permana, pakar litbang dan dosen dari Unjani.

Para peserta Dikreg Seskoad yang turut serta dalam KKL ini adalah Mayor Infanteri Eko Sugiarto, Mayor Infanteri Lalu Pardede Gita Prahara, Mayor CPM Atep Priatna, Mayor Artileri Medan M Marzuq Ashidiqi, Mayor Zeni Rizky Dwi Cahyono, Mayor Infanteri Anom Wahyu Sasmita, Mayor Cabang Angkutan Gufran Diafrana, Mayor Infanteri Kenedi Tinambunan, Mayor Infanteri Alex Donald Surbakti, Mayor Kavaleri M Eka Perwira Candra, Mayor Zeni I Putu Aditya Dharma, dan Komisaris Polisi Alredo Agustinus Rumbiak.

Desa Lampoko Dikunjungi Peserta Kkl Wilhan Pasis Dikreg Seskoad, Kadis Asman: Wujud Nyata Ketahanan Pangan
Peserta Kuliah Kerja Lapangan (Kkl) Wilayah Pertahanan (Wilhan) Perwira Siswa (Pasis) Pendidikan Reguler (Dikreg) Lxiv Seskoad Tahun Anggaran 2024 Saat Belajar Ketahanan Pangan Di Desa Lampoko

Kegiatan ini bertujuan untuk meneliti dan mengamati inovasi ketahanan pangan yang dikembangkan oleh Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bone di bawah pimpinan H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos, MM. Inovasi tersebut telah meraih penghargaan nasional dari Presiden RI, menjadikannya topik yang relevan untuk dikaji oleh para peserta Dikreg Seskoad.

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Green House Mandiri Sejati di Kawasan Demplot Ketahanan Pangan. Area ini merupakan hasil kerjasama antara Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bone dengan Kodim 1407/Bone, dan berfungsi sebagai pusat pengembangan teknologi pertanian.

Lokasi kedua yang dikunjungi adalah Rumah Rujukan Layar Hatiku, yang berfungsi sebagai pusat pelatihan dan penyuluhan bagi para petani setempat. Tempat ini memberikan wawasan mendalam mengenai praktik terbaik dalam pertanian berkelanjutan dan inovasi ketahanan pangan.

Kunjungan ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga bagi para peserta Dikreg Seskoad, sekaligus memperkuat hubungan antara institusi militer dan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Bone.

Baca Juga :  Kejari Kabupaten Malang Terus Dalami Perkara Dugaan Penyelewengan Dana Hibah

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bone, H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos., MM., telah berhasil mengantarkan Desa Lampoko menjadi Kampung Tangguh terbaik di Sulawesi Selatan. Prestasi ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak, termasuk TNI dalam bidang teritorial untuk ketahanan pangan.

H. Andi Asman Sulaiman menyatakan kebanggaannya atas sinergi yang tercipta. “Kami sangat bangga dengan keterlibatan TNI dalam bidang teritorial, terutama dalam ketahanan pangan. Pertanian memang harus dikerjasamakan lintas sektor sehingga dapat mewujudkan ketahanan pangan nasional,” ujarnya.

Kerja sama lintas sektor ini tidak hanya melibatkan TNI, tetapi juga berbagai stakeholder lainnya, termasuk babinsa, bhabinkamtibmas, dan masyarakat setempat. Salah satu program unggulan adalah pembentukan Satgas Posludes, yang bertujuan mengakomodasi masyarakat yang memiliki potensi lahan untuk dikembangkan. Melalui pendampingan intensif, lahan-lahan tersebut dioptimalkan hingga masyarakat yang tadinya rawan pangan kini bisa menjadi tahan pangan.

“Pada tahun 2022, kita sudah keluar dari status rawan pangan. Ini tidak lepas dari sinergitas babinsa, bhabinkamtibmas, dan seluruh stakeholder,” jelas H. Andi Asman.

Di Desa Lampoko, program ketahanan pangan berbasis lahan telah memberikan dampak nyata. Masyarakat di sini kini memiliki sumber pendapatan yang dekat dengan rumah mereka, apalagi dengan adanya pasar yang tidak jauh dari desa. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah tidak hanya meningkatkan ekonomi masyarakat tetapi juga membantu pemerintah dalam menekan angka stunting.

“Kita juga fokus meningkatkan kualitas dan keterampilan masyarakat. Dari perilaku yang awalnya malas menjadi rajin, serta peningkatan keterampilan dan kemampuan mereka,” tambahnya.

Program ini juga telah berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat secara signifikan. Dengan pendampingan yang tepat, masyarakat Desa Lampoko kini mampu memanfaatkan lahan pekarangan rumah mereka secara optimal. Hasilnya, tidak hanya ekonomi yang meningkat, tetapi juga kesehatan masyarakat dengan berkurangnya angka stunting.

Baca Juga :  Pelaksanaan Pemilu Secara hybrid Tergantung Keputusan DPP Parpol

Kerja keras dan sinergi berbagai pihak di Desa Lampoko ini menjadi contoh sukses bagaimana ketahanan pangan dapat diwujudkan melalui kerja sama lintas sektor. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk mengoptimalkan potensi lahan yang ada dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ketahanan pangan merupakan isu vital, menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat, yaitu pangan.

“Ketahanan pangan sangat urjen, apalagi ini masalah perut. Kita bisa melihat apa yang disajikan di sini semua makanan tradisional yang dihasilkan dalam ketahanan pangan,” ujar Kol. Inf. Eppy Gustiawan pendamping KKL.

Seperti dalam kegiatan ini beragam makanan tradisional yang dihasilkan dari upaya ketahanan pangan ditampilkan, memberikan gambaran nyata akan kekayaan dan potensi pangan lokal. Hal ini tidak hanya menunjukkan keberhasilan dalam produksi, tetapi juga bagaimana kolaborasi dapat memperkuat sektor pertanian.

Kol. Inf. Eppy Gustiawan menekankan pentingnya kolaborasi pentahalid, yaitu kerja sama antara pemerintah, akademisi, masyarakat, sektor swasta dalam mendukung ketahanan pangan. Melalui pendekatan ini, berbagai pihak dapat berkontribusi sesuai dengan keahlian dan kapasitas masing-masing.

“Bagaimana kolaborasi pentahalid bisa dilakukan pendampingan. Petani memang butuh pendampingan,” jelasnya. Pendampingan yang dimaksud adalah memberikan bimbingan teknis, akses informasi, dan dukungan sumber daya kepada petani. Ini penting agar mereka mampu meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian.

Pendampingan yang intensif dapat membantu petani dalam mengadopsi teknologi pertanian yang lebih modern dan efisien. Selain itu, dengan adanya pendampingan, petani bisa lebih memahami pasar dan mengembangkan strategi pemasaran yang efektif, sehingga hasil panen mereka memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Kol. Inf. Eppy Gustiawan juga menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi petani. Dengan meningkatkan kapasitas dan pengetahuan petani, diharapkan mereka mampu menghadapi tantangan dalam sektor pertanian dengan lebih baik. (*)

Ikuti Zonanusantara.com untuk mendapatkan informasi terkini.
Klik WhatsApp Channel & Google News

Related posts