Sulit rasanya mengungkapkan kebahagiaan di hari Idul Adha. Hari raya kurban di mana umat Islam iklas berbagi kebaikan kepada sesama.
Kebaikan yang membahagiakan. Nyata dalam hidupku. Berdiam di batinku. Meresap dalam jiwa. Selama ini kebahagiaan hanya mengawang di angkasa. Di planet lain.
Aku pikir bahagia itu sesuatu yang absourt dan tidak bisa dijangkau.
Hanya terjadi sekali dalam hidup di saat pertama jatuh cinta.
Bagiku, itulah kebahagiaan satu-satunya. Selanjutnya hanya goresan luka.
Di momen Idul Adha, kebahagiaan merembes dan menetes ke seluruh penjuru. Ke sudut-sudut hati.
Di hari itu semua merasakan aura yang sama. Bahagia!
“Indahnya berbagi” Pesan moral dari pengkotbah yang terpancar melalui pengeras suara dan menancap masuk ke dalam sukma.
Suara imam masjid itu mengurungkan niat si miskin mengulurkan tangan, menengadah sambil meminta minta.
Pengkotbah itu mengalunkan mahkota suka cita. Kala takbir bergema semua insan kegirangan. Gubuk reot terasa istana.
Kala takbir bergema
Penghuni jagat bahagia. Kebahagiaan yang melampaui cinta pertama dan batas waktu.
Perumahan Lili, Makassar, 19-6-2024