Renungan akhir tahun 2024:
oleh Guido Valadares, S.Sos
Keadilan dalam teori adalah timbangan sempurna yang tidak memihak. Namun, kenyataan itu menampar wajah logika dengan ironi yang getir.
Timbangan hanya seimbang, kalau yang memegang beratnya adalah kadar emas, karena kadar emas mempunyai nilai yang cukup tinggi karena karatnya, maka emas tidak bisa digantikan dengan benda lain, namun, emas hanya boleh dikonotasikan sebagai seorang petinggi yang dalam genggamnya dapat menentukan kemana arah jarum keadilan itu condong.
Mereka yang kecil dan tak mampu sering diberi ceramah tentang kesetaraan, seolah janji moral cukup menggantikan kenyataan materi, namun hanya manis dibibir saja dan bahkan hilang ditelan nestapa malam. Sementara, seorang petinggi dalam kekuasaannya, dengan senyum ceria mengatur jarum keadilan agar tetap condong kepadanya, sambil tetap berdiri di atas podium kebenaran. Maka keadilan bukalah perkara prinsip melainkan posisi. Disini, kita hanya bisa protes atau berdebat, tapi jika tidak ada kekuasaan emas ditangan, suara kita hanya jadi bisikan yang tenggelam di tengah keramaian.
Sepanjang tahun 2024 dan bahkan sebelumnya, neraca timbangan hanya berlaku bagi mereka yang membeli beban agar berat disisi mereka. Yang lain meski hanya menahan haus dan lapar menanti separuh keadilan akan datang, namun percuma. Sebab, keadilan hanyalah milik orang tertentu.
Oh sungguh kejamnya petinggiku, engkau hanya mampu menyulap keadilan atas nama kesetaraan.namun engkau tak mampu membahagiakan bathin sesama. Biarlah…Tuhan yang tahu saja.
Akhirnya selamat tinggal tahun 2024 seiring dengan terbenamnya matahari yang sering diselimuti hujan badai petir. Dan selamat datang tahun 2025 terbitlah bersama pemimpin baru kami ****)