
MALANG – Mochamad Jaeni (55), salah satu diantara pelayat yang ikut berduka atas meninggalnya, petinju kebanggaan Arek Malang,
Heru Purwanto, Kamis (3/3) kemarin.
Mochamad Jaeni, merupakan mantan pelatih petinju berjulukan “hero”.
Menurutnya, seharusnya pelatih jeli dan buang handuk ketika detik -detik terakhir, mantan anak buahnya itu tak berdaya menghadapi lawannya.
Petinju Hero Tito dilarikan ke rumah sakit setelah menerima pukulan uppercut pada ronde ketujuh oleh lawannya James Mokoginta, dalam ajang tinju nasional di Hollywings Gatsu Night Club, Jakarta, Minggu (27/02).
Duel maut tersebut menjadikan petinju andalan Arema merengang nyawa pada Kamis kemarin setelah sempat menjalani perawatan intensif di Jakarta.
Ketika melayat di rumah duka, Mochamad Jaeni memperkenalkan diri sebagai pelatih Heru Purwanto (Hero Tito).
“Saya mantan pelatihnya, saya melatih Hero Tito itu sejak masih duduk di bangku SD,” kata Jaeni, saat ditemui di depan rumah duka, di Dusun Sindurejo Desa Banjarejo Kecamatan Pakis
Kamis (3/3) malam.
Jaeni menegaskan, sebenarnya peristiwa ini tidak terjadi jika pelatihnya tanggap melihat kondisi almarhum Hero Tito bertanding.
“Kalau saya sudah mengambil langkah melampar handuk ke Ring, karena di detik-detik sebelum kena pukulan uppercut sudah terlihat tidak fokus lagi,” tegasnya.
Jaeni mengaku shock mendengar kabar jika Hero Tito menjalani perawatan setelah di rumah sakit di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, setelah menerima pukulan uppercut pada ronde ketujuh oleh lawannya James Mokoginta, dalam ajang tinju nasional di Hollywings Gatsu Night Club, Jakarta.
“Saya kaget dan shock mendengar kabar itu (dirawat), apalagi sekarang sudah berpulang, almarhum ini sudah saya anggap seperti anak sendiri,” tandasnya.
Rencananya jenazah Tito akan dimakan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Banjarejo, Malang.