Oleh : Andi Nizar Alfaidzin Abbas, SH
Membangun kampung halaman itu suatu keharusan. Mensejahterakan rakyat itu ibadah! Lebih dari amanah.
Andi Asman Sulaiman pulang kampung untuk menyempurnakan kerinduan dan menuntaskan janji. Tidar mungkin hanya tinggal sebuah kenangan. Tapi tidak dengan Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Tanah asal Andi Asman ini, lebih dari sebuah kerinduan. Seperti cinta, ketika menemukan jalannya untuk pulang tak seorang pun menghalanginya. Sama halnya ketika Bone memanggilnya, Andi Asman pun bergegas kembali pulang. Say goodbye Tidar.
Bupati Bone Andi Asman Sulaiman, sepekan lamanya berada di lembah Tidar, mengikuti serangkaian ritual kenegaraan yang diselenggarakan pemerintah, usai dilantik Presiden Prabowo Subianto, dua pekan lalu, tepatnya 20 Pebruari 2025 di Istana Presiden. Di Tidar Andi Asman tidak sendirian. Ia bersama ratusan kepala daerah lainnya mengikuti pendidikan ala militer.
Racikan ilmu “perang”selama di Magelang menetes dalam jiwa sipilnya. Ia dan peserta Retreat lapang menerima ilmu baru yang dirancang Presiden Prabowo Subianto.
Sebagi warga sipil, selama diterpa ilmu semi militer membuat jiwanya gersang. Namun kegersangan itu, hari ini Minggu 2 Maret 2025 terbayar lunas. Massa yang menjemputnya seakan oase di padang pasir. Andi Asman Sulaiman dan Andi Akmal Palsuddin pemimpin baru, harapan baru bagi rakyat yang dicintainya. Ia kembali pulang ke tanah asal dari merantau singkat di Lembah Tidar Magelang, Jawa Tengah.
Sepanjang jalan kenangan
“Perlintasan jalan Sambaloge hingga Jalan Ahmad Yani, menyimpan kisah yang tak terlupakan. Sepanjang rute itu, Andi Asman Sulaiman dan Andi Akmal Pasluddin melintas, disambut oleh warga yang berjejer di sepanjang jalan. Momen spesial itu direkam oleh warga menggunakan handphone, sambil melambaikan tangan ke arah Bupati dan Wakil Bupati yang berdiri di atas mobil pickup, menuju rumah jabatan.”
Para cerdik pandai menuliskan kata – kata bijak berikut ini : Ketika saya tidur dan bermimpi saya melihat hidup ini suatu keindahan. Ketika saya bangun dan melihat hidup ini suatu kewajiban.
Penulis adalah Mahasiswa Magister Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.
