JAKARTA – Indonesia Dengue Summit (IDS) 2024 diselenggarakan pada tanggal 23 Juni oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta (IDAI JAYA) dan didukung oleh PT Takeda Innovative Medicines. Acara ini tujuannya adalah memberikan peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan dan edukasi mendalam kepada masyarakat seputar penyakit Demam Berdarah Dengue/DBD. Acara ini diadakan dalam rangka memperingati ASEAN Dengue Day pada tanggal 15 Juni setiap tahunnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO), DBD adalah salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia. Insiden DBD mengalami peningkatan secara signifikan di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir, dengan kasus yang dilaporkan kepada WHO naik dari 505.430 kasus pada tahun 2000 menjadi 5,2 juta pada tahun 2019.
Jumlah kasus tertinggi tercatat pada tahun 2023, yang memengaruhi lebih dari 80 negara di seluruh wilayah WHO. Indonesia, sendiri hingga minggu ke-23 tahun 2024 saja terdapat 131.501 kasus DBD dengan kematian sebanyak 799 kasus.
dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementrian Kesehatan RI, mengatakan bahwa sampai saat ini, pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia berfokus lebih berat pada pengendalian vektor yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Meskipun semua upaya ini telah dilakukan, kasus demam berdarah di Indonesia masih menunjukkan peningkatan yang signifikan.
“Karena itu, Kementerian Kesehatan terus menguatkan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, dan berkomitmen menerapkan pendekatan-pendekatan inovatif, termasuk melalui vaksinasi,” katanya dalam siaran pers yang diterima Zonanusantara.com, Senin (24/6/2024).
dr. Imran menambahkan bahwa selain keterlibatan masyarakat, setiap tingkatan pemerintahannya harus bersatu untuk mengimplementasikan strategi ini di mana pemerintah daerah memegang peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan DBD di Indonesia.
Prof. Dr. dr. Rismala Dewi, Sp.A(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, merekomendasikan imunisasi DBD kepada anak-anak usia 6-18 tahun. “Langkah ini sangat penting, bukan hanya untuk memberikan perlindungan optimal kepada anak-anak yang merupakan kelompok yang paling rentan terhadap infeksi dengue, tetapi juga untuk secara signifikan mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini,” katanya.
Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), menjelaskan bahwa tindakan pencegahan terintegrasi sangat diperlukan untuk melawan DBD, seperti melalui pengendalian vektor dan program vaksinasi.
“WHO juga baru-baru ini mengeluarkan rekomendasinya untuk mengenalkan inovasi vaksinasi dengue bagi negara atau wilayah dengan intensitas penyebaran DBD yang tinggi ke dalam program imunisasi nasional,” tuturnya.
dr. William S. Tjeng, Sp.A(K), Ketua Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kalimantan Timur, membagikan informasi seputar program vaksinasi DBD yang sedang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. “Menurutnya, sejauh ini program imunisasi berjalan dengan baik dan target program ini tetap akan diperluas pada kota Samarinda,” katanya.
Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengungkapkan bahwa PT Takeda Innovative Medicines berupaya memerangi DBD melalui pendekatan yang menyeluruh, yang melengkapi upaya pemerintah untuk mencapai tujuan “Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030″.
IDS merupakan sebuah acara peningkatan kapasitas dan edukasi seputar DBD melalui sesi sharing, perencanaan strategis, dan pembentukan kemitraan yang kuat antara para pemangku kepentingan, baik para tenaga kesehatan, sektor swasta, pemerintah, dan publik. Acara ini diadakan dalam rangka mencapai tujuan ‘Nol Kematian Akibat Dengue pada Tahun 2030”.