KEFAMENANU,- Sebanyak 75 remaja Putri dari berbagai daerah di Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, mengikuti pelatihan tenun ikat melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) yang diadakan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) TTU.
Bersama pemerintah Kabupaten TTU, program PKW ini memberdayakan remaja putus sekolah untuk bisa menghasilkan tenun ikat berkualitas hingga menembus pasar nasional maupun internasional.
Program PKW diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan riset dan teknologi (Kemendikbudriset) bekerjasama dengan PKW Bapers, Dinas Sosial TTU dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten TTU.
“Saya sebagai penanggung jawab kegiatan ini, mengucapkan terima kasih kepada kementerian Pendidikan riset dan teknologi, karena diberikan kepercayaan lagi untuk melaksanakan kegiatan PKW bantuan pemerintah pusat untuk sasaran para peserta remaja putri usia 15 sampai 25 tahun yang tidak melanjutkan sekolah atau belum bekerja,” ungkap ketua Dekranasda TTU, Ibu Elvira Maria Bertha Juandi Ogom, Kamis (17/10/2024).
Tujuan pelatihan ini adalah agar mereka diberikan pengetahuan keterampilan, sikap untuk bagaimana mereka bisa menjadi wirausaha muda yang memiliki keterampilan tenun, karena tenun ini adalah salah satu usaha individu maupun kelompok dari remaja-remaja putri untuk bisa berwiraswasta untuk mendapatkan uang, dari hasil pekerjaan mereka.
“Karena saya melihat di TTU ini, semua mama-mama di tingkat Kecamatan maupun Desa menenun, kecuali remaja putri, sehingga bagaimana keterampilan yang dimiliki mama-mama bisa ditransfer ke remaja putri,” kata Istri Bupati TTU Drs. Juandi David ini.
Mereka sedang mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) Kefamenanu selama 42 hari dengan didampingi 2 instruktur dari SMKN I Kefamenanu.
“Kurang lebih ada 30 anak yang karena jauh dari desa dan untuk memudahkan transportasi, mereka menginap,” ujarnya.
Elvira menuturkan, kegiatan pelatihan mendapat dukungan bantuan alat tenun dengan benang dari pusat dan akan dibawah pulang pasca kegiatan sebagai modal awal untuk melanjutkan tenun di rumah.
“Setiap anak dapat satu alat tenun. Ada penggulung benang, pemidang hani, pemidang ikat yang akan dibawa pulang sebagai alat utama untuk mereka bisa tenun,” imbuhnya.
Kegiatan pelatihan, pungkas Elvira mendapat dukungan bantuan dari Pemerintah daerah melalui dinas sosial juga dari Deos Colection untuk kebutuhan makan minum.
“Kami juga dengan swadaya mencari dana transportasi bagi mereka yang jauh,” pungkasnya.