MALANGKOTA – Jawa Timur menjadi Barometer suara pemilih terbesar di Indonesia. Sekitar 16 persen Pemilih Indonesia berasal dari sini.
Hal ini menjadi daya tarik jelang Pemilihan Umum Presiden 2024 mendatang. Berdasarkan hasil empat Pilpres sejak 2004 hingga 2019, pemenang Pilpres selalu merupakan pasangan yang juga unggul di Jawa Timur selain di wilayah potensial lain.
Hal ini mengindikasikan, Jawa Timur sebagai Kunci Sukses dalam pemenangan Pilpres. Semua itu tidak terlepas dari organisasi massa terbesar di Indonesia: Nahdlatul Ulama (NU).
NU menjadi basis penentu arah dukungan warga Jawa Timur. Kiyai dan Petinggi NU di Jawa Timur sedikit banyak memberikan pengaruh warga Jatim sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam memilih pasangan calon.
Mengetahui kecenderungan tersebut, para calon pun berebut dukungan NU menjelang pemilu, baik dengan mengusung calon berlatar belakang NU atau mengunjungi para kyai NU untuk menunjukkan kedekatan. Dengan harapan gerbong kyai NU akan ikut tergerak untuk mendukung calon tersebut.
Prabowo Subianto yang saat ini telah di deklarasikan oleh Partai Gerindra Beserta Partai Koalisi yakni diantaranya Partai Golkar, Partai PAN Partai Gelora serta Partai Demokrat pun pada dasarnya membutuhkan pasangan Calon Wakil Presiden yang memiliki kekuatan elektoral di Jawa Timur.
Pada forum diskusi publik yang dilaksanakan Hari Rabu Tanggal 04 Oktober 2023 di Hotel Pelangi 2 Kota Malang, Gus Sani selaku Tokoh Muda dari kalangan Nahdatul Ulama menyampaikan bahwa
“Jika Kita merujuk pada beberapa rilis dari lembaga survey seminggu terakhir ini, maka terdapat beberapa nama yang sangat kuat yang mana nama tersebut merupakan keterwakilan dari kalangan NU. Sebut saja Bapak Erick Tohir yang merupakan keterwakilan NU dan juga sebagai ketua Pelaksana 1 abad NU, beliau menempati urutan pertama cawapres potensial dengan angka 22,7% dan sangat layak untuk melengkapi Bapak Prabowo Subianto”. Jelasnya.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa dengan memenangkan Jawa Timur, potensi menjadi pemenang pada pilpres 2024 sangat besar. Hal itu diuraikan oleh Yunan Syaifullah selaku Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Malang, bahwa pemilih di Jawa Timur merupakan pemilih loyal dan
jumlahnya sangat besar. Terdapat modal besar juga yang telah dipegang oleh Pak Erick Tohir yakni beliau merupakan sosok cawapres potensial dari kalangan NU dan beliau merupakan Ketua PSSI. Merajut simpul Nahdiyin yang selama ini dilakukan sudah membuahkan hasil. Dengan adanya nama beliau di urutan pertama di hampir semua lembaga survey. Yang menariknya juga bahwa dengan kapasitas beliau sebagai ketua Umum PSSI, beliau mampu membangun euforia dalam dunia sepak Bola menjadi lebih segar sehingga mampu mempersatukan serta merajut keberagaman dari persatuan suporter yang selama ini tidak diperhatikan oleh kandidat lain. Menurut saya ini pola yang menarik dari Pak Erick Tohir, lanjut beliau.
Ikhtiar yang di lakukan melalui kedekatan dengan kultural NU serta perannya sebagai Ketua Umum PSSI pun mendapat sorotan dari KH. Khoiruddin.
“Pak Erick Tohir yang sangat rajin sowan ke kyai – kyai di pondok serta melakukan ziarah ke makam para pendiri NU merupakan bukti nyata bahwa Pak Erick Tohir sesungguhnya memiliki kedekatan Emosional dengan NU kultural. Hal ini tentu yang membuat Pak Erick dapat diterima disemua kalangan terutama di NU,” ujarnya.
“Pak Erick juga melalui kerja – kerja di PSSI telah menunjukan upaya peningkatan kualitas sepak bola kita. Pak Erick sangat paham bahwa olahraga yang menjadi hiburan masyarakat kita di Indonesia adalah sepak bola, sehingga beliau memaksimalkan kinerja untuk memperbaiki olahraga ini. Dan tentu hal ini disambut baik oleh kalangan sepak bola kita,” tutupnya. (*)