In Memoriam MGR. Emiritus Kherubim Pareira SVD

In Memoriam Mgr. Emiritus Kherubim Pareira Svd
Mgr Khaerubin Pareira SVD semasa hidupnya
Sosmed-Whatsapp-Green
Zonanusantara.com Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Sosok “Ayah” Yang Tegas dan Merangkul

Sekitar pkl. 18.00 Wib, Selasa (8/10) teman seangkatan saya Gerard Bibang menelpon saya dan langsung menanyakan puisinya yang berjudul “Pria Tiga Etape” yang dimuat dalam sebuah buku memorabilia lepas sambut Uskup Maumere dari Mgr. Kherubim Pareira SVD kepada penggantinya Mgr. Edwaldus Martinus Sedu PR pada tahun 2018. Kebetulan saya dan azi Paul Maku Goru diminta untuk menulis buku dengan judul “Berlayar Dalam Keberanian.”

Saya agak kaget ketika kesa Gerard langsung to the point tanya puisinya. Biasanya ada narasi pendahuluan yang menyegarkan jiwa raga. “Oe….mantan guru kita Mgr Kheru sudah meninggal e….”, katanya. “Aduh….. selamat jalan Mgr Kheru, guru dan pelatih bola yang hebat,” kataku.

Dalam sekejap pikiranku berselancar ke masa lalu antara 1977-1981 ketika kami.mengenal secara dekat dengan Mgr Kheru sebagai pastor muda yang baru datang dari Roma. Saat itu angkatan kami (1975) sudah duduk di kelas III SMP.

Nama besarnya sebagai pemain bola top memang sudah lama saya dengar. Namanya sudah populer di Kisol dan sekitarnya antara 1965-1967 ketika sebagai Frater TOP dan bahkan 1972-1973 sebagai pastor muda di Seminari Pius XII Kisol. Beliau jadi idola anak-anak, termasuk saya.

Walaupun usianya menjelang berkepala empat saat kembali dari Roma, namun P. Kheru masih aktif main bola, bahkan dalam pertandingan resmi menghadapi tim dari luar. Dia pengumpan yang akurat dari sayap kanan dengan tendangan diagonalnya yang memanjakan striker, baik dengan tendangan first time atau heading.

Selama di SMP kami tidak pernah berinteraksi secara langsung dengan P. Kheru. Dia Prefek SMA dan Prefek SMP saat itu adalah alm. P. Martinus Toke SVD. Namun P. Kheru pernah memimpin kunjungan siswa Kelas III SMP dan kelas VI (III SMA) ke Seminari Yohannes Berchmans Mataloko (1977). Di Mataloko digelar pertandingan persahabatan untuk beberapa cabang olahraga seperti sepakbola, volleyball, basketball dan tenis meja. Kami keok di cabang basketball dan tenis meja. Saat itu saya kalah tenis meja lawan Edy Ruma. Sementara P. Edu Dopo SJ dkk kalah di cabang sepakbola dan volleyball.? Sayangnya, kelas VI kembali ke Kisol dengan beban berat, kalah pada semua cabang olahraga. Di cabang sepakbola tim kelas VI Kisol dibantai 7-0 tanpa balas. P. Kheru lelah memungut bola dari gawangnya. Padahal ketika belajar di Mataloko, P. Kheru dikenal sebagai penjaga gawang yang jago dan lincah.

Sosok Ayah Yang Merangkul

Kalau dilihat dari wajahnya, P. Kheru memang agak angker. Tetapi di balik wajahnya yang angker tersebut ada kelembutan yang merangkul. Dalam memimpin P. Kheru menganut prinsip “Fortiter in re/principio, suaviter in modo” (tegas dalam prinsip, lembut dalam cara). Hal ini terlihat dalam relasi personalnya dengan anak didik. Bahkan beliau berusaha mengenal dari dekat para orangtua dari anak didik. Pada saat liburan sekolah P. Kheru secara bergilir mengunjungi dan menginap di rumah anak didik di kampung masing-masing, sebuah pendekatan personal yang mengesankan.

Baca Juga :  Dukung Pembukaan Destinasi Wisata, Ketua DPD RI Minta Pemprov Jatim Perkuat Pengawasan

Kunjungan P. Kheru ke rumah anak didik di masing-masing kampung membawa berkah tak terduga, setidaknya itulah yang dirasakan oleh Beny K. Harman. Dia bisa masuk kelas gabungan (1978) tanpa test karena jasa P. Kheru yang mengunjungi rumahnya menjelang akhir tahun 1977. Kebetulan kakaknya Agus Kabur saat itu naik kelas VI.

P. Kheru melakukan terobosan yang menarik ketika mengasuh mata pelajaran Bimbingan & Counseling di Kelas IV yang tidak tercantum dalam kurikulum sekolah. Mata pelajaran ini melatih siswa untuk mengasah kepekaan sosial dan melatih siswa untuk bersikap dewasa serta fair dalam komunitas.

P. Kheru sendiri memberikan contoh yang konkrit berkaitan dengan sikap fair dalam komunitas. Pernah suatu saat P. Kheru marah besar kepada siswa dengan kata-kata kasar menusuk hati. Dia datang ke kamar makan dan meminta maaf atas apa yang telah dikatakannya. Para siswa terharu. Para siswa melihat P. Kheru sebagai sosok ayah yang merangkul.

Pelatih Bola Yang Hebat

Walaupun terbilang tidak terlalu lama di Seminari Pius XII Kisol, kehadiran P. Kheru mengesankan bagi para siswa, terutama yang berbakat sepakbola. Pengalamannya menonton Liga Italia selama studi di Roma dan visinya tentang sepakbola modern diramu menjadi ilmu baru dalam bermain bola. Saat itu formasi sepakbola masih sangat kuno: 2-3-5 dengan prinsip asal tendang ke depan sekuat-kuatnya. P. Kheru memperkenalkan formasi sepakbola modern seperti: 3-3-4; 3-4-3 atau 4-4-2.

Untuk mewujudkan visi dan formasi baru sepakbola modern, P. Kheru menyiapkan banyak bola kaki. Lebih dari 10 bola kaki dibawa ke lapangan dalam sekali latihan. Para pemain inti Seminari Pius XII Kisol dibagi per posisi masing-masing dan mendapat pelatihan dasar seperti mengontrol bola, dribling, passing, crossing, heading, intercept, cara tendangan pisang, tendangan volley, umpan diagonal dan latihan fisik lainnya. Latihan itu dilakukan berulang-ulang dan kadang-kadang membosankan.

Bukan hanya itu, para pemain inti setiap malam Minggu diberi kesempatan untuk menonton film latihan Bayern Munchen dan Ayax Amsterdam atau menonton rekaman pertandingan Piala Eropa antara Belanda vs Jerman 1972. P. Leo Perik, founder Seminari Pius XII Kisol sempat uring-uringan. Pernah suatu saat ketika kami sedang menonton film latihan, P. Leo mondar-mandir di luar ruangan sambil menggerutu, “Ganti saja sekolah seminari ini jadi sekolah sepakbola.

Sentuhan tangan dingin P. Kheru dalam melatih sepakbola modern banyak melahirkan pemain bagus yang sebelumnya tidak diperhitungkan, diantaranya teman saya Kardinal Paskalis Bruno Syukur OFM, P. Darmin Mbula OFM dan alm. Darius Dola. Saat itu Kardinal Paskalis Bruno Syukur menjadi jendral lapangan tengah yang tenang dengan kontrol bola yang aduhai. Kesebelasan Seminari Pius XII Kisol sangat disegani saat itu.

Selama di Seminari Pius XII Kisol, P. Kheru memang sangat memanjakan para pemain inti. Kalo menang, para pemain dipanggil ke kamarnya dan disuguhi minuman sirup dan biskuit kaleng besar. Rasanya luar biasa saat itu. Wajahnya berseri-seri.

Baca Juga :  Manajer Tim Tenis Meja Apresiasi Keberhasilan Tim Tenis Meja PWI Jatim di Porwanas XIV 2024

Tetapi kalau draw atau kalah, P. Kheru marah besar. Para pemain tidak diundang ke ruangannya. Beliau meluapkan amarahnya di kelas, bahkan sepanjang jam pelajaran. Dua pemain andalannya yang menjadi sasaran, yaitu sayap kiri John Rajawali dan Piet Sambut sebagai gelandang serang. “Lebih baik saya suruh kambing main daripada Piet Sambut dan John Rajawali. Mereka dua lupa diri….main di atas sanjungan dan tepuk tangan penonton,” katanya pada suatu kesempatan ketika tim kami kalah vs tim jurusan bahasa SMA Syuradikara. Saya dan John Rajawali tidak berani angkat muka. Kami memang suka gara-gara kalau banyak penonton, apalagi dengar suara teriakan sopran, bawa bola sambil tola-tole keluar.???? Namun P. Kheru tidak pernah dendam. Beliau benar-benar bertindak sebagai ayah yang tegas dan sekaligus menyayangi anak didiknya.

Tahun 1981 P. Kheru meninggalkan lembah Kisol yang penuh kenangan. Angkatan kami juga tamat. Beliau diangkat menjadi Wakil Provinsial SVD Ruteng dan merangkap sebagai Direktur APK Ruteng. 1982-1985 sebagai orang nomor satu di Provinsi SVD Ruteng.

Uskup Pionir Sumba

21-12-1985 adalah hari bersejarah dalam perjalanan imamat P. Kheru. Saat itu Tahta Suci Vatikan mengangkatnya sebagai Uskup Weetebula, Sumba. Keputusan Tahta Suci Vatikan mengejutkan, mengingat Sumba bukan wilayah kerja SVD. Di sana ada pastor-pastor Redemtoris.

Umat Katholik Sumba (termasuk minoritas) menyambut gembira penunjukan Mgr Kherubim Pareira SVD sebagai Uskup Weetebula, Sumba. Ini merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Katholik Sumba, sebab sejak ditingkatkan statusnya dari Prefektur Apostolik menjadi Keuskupan Weetebula 6-2-1969, baru kini mereka mendapatkan seorang Uskup. Wajar apabila umat Katholik Sumba larut dalam kegembiraan yang luar biasa.

Mgr Kherubim Pareira SVD ditahbiskan menjadi Uskup Weetebula pada 25-4-1986 dengan moto episkopat, “Ut Omnes Unum Sint” – Supaya mereka semua menjadi satu (Yoh. 17:21).

Kembali ke Tanah Kelahiran

Kepulangan Mgr Abdon Longinus da Chuncha pada 6-4-2006 turut mempengaruhi perjalanan kegembalaan Mgr Kherubim Pareira SVD. Terjadi kekosongan tahta KAE. Mgr Vincentius Sensi Potokota yang baru setahun menduduki Tahta Keuskupan Maumere ditunjuk oleh Tahta Suci Vatikan menjadi Uskup KAE pada 14-4-2007. Tahta kosong Keuskupan Maumere kemudian diisi oleh Mgr Kherubim Pareira SVD. Dia kembali ke tanah kelahirannya dan menggembalakan umat Katholik Keuskupan Maumere hingga 2016. Karena faktor usia, Mgr Kherubim Pareira SVD menjadi Emeritus.

Setelah 2 tahun menunggu, Tahta Suci Vatikan menunjuk Mgr Edwaldus Martinus Sedu Pr sebagai Uskup Maumere 14-7-2018 dan ditahbiskan menjadi Uskup pada 26-9-2018 dengan moto episkopat “Duc in Altum” – Bertolaklah lebih ke dalam (Lk. 5:4).

Selasa, 8 Oktober 2024 Mgr Kherubim Pareira SVD yang dilahirkan di Lela, Sikka, 26-9-1941, anak kelima pasangan Aloysius Yulius Pareira dan Elisabeth da Iku Pareira telah mencapai Etape terakhir dari perziarahan hidupnya di dunia ini.

Selamat jalan Uskupku, guruku dan pelatih sepakbola yang hebat. Semoga berbahagia di etape abadi bersama para Kudus

Ikuti Zonanusantara.com untuk mendapatkan informasi terkini.
Klik WhatsApp Channel & Google News

Related posts