Menelisik Wacana MLB NU

Sosmed-Whatsapp-Green
Zonanusantara.com Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menelisik Wacana Mlb Nu
Mufid Rahmat

Oleh: Mufid Rahmat *

WACANA muktamar luar biasa Nahdlatul Ulama ( MLB NU) yang diprakarsai oleh mereka yang bergabung Presidium Penyelamat organisasi dan MLB NU, sampai sekarang masih bergulir. Bahkan, pertengahan sampai akhir Desember 2024 menjadi deadline perhelatan tersebut.

Di ujung deadline, sepertinya signal gerakan MLB NU yang dimotori, antara lain oleh KH Abdussalam shohib atau Gus salam semakin mengecil, kalau tidak mau disebut melemah. Ini karena faktor “cuaca” yang kurang mendukung atau faktor supporting, masih belum terdeteksi. Padahal, sekarang ini sudah pertengahan Desember, yang notabene tenggat mulai dilakukan para MLB NU.

Subyektifitas saya, sebenarnya MLB NU jadi terlaksana atau tidak, bukan hal utama. Yang lebih menarik justru ingin mengetahui atau melihat siapa mereka dan apa motif substantif nya. Siapa mereka di balik gerakan tersebut dan apa motif substantif nya.

Kultural atau personal?
Berdasarkan berbagai informasi yang dikumpulkan, wacana MLB NU digulirkan oleh orang orang yang mengaku kelompok kultural dengan label kiai, Masyayikh dan lainnya, salah satunya, Gus Somad. Dalam khasanah NU, kelompok kultural bisa didefinisikan sebagai Nahdliyyin di luar struktur NU atau non basis struktural.

Nahdliyyin katagori kultural basisnya bisa mereka yang sama sekali tidak bersentuhan dengan struktur organisasi ( basis struktural), tetapi benar benar warga biasa ( basis massa) atau Nahdliyyin mantan pengurus NU, yang dengan alasan tertentu berada di luar struktur.

Nahdliyyin kultural yang berasal dari basis massa, relatif tidak memiliki minat untuk melakukan MLB NU. Mereka cenderung permisif. Sebaliknya mereka konsen pada kultur dan tradisi yang dikembangkan NU atau amaliah NU.

Berbeda dengan Nahdliyyin kultural mantan struktural. Mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang konstitusi perkumpulan, memiliki relasi dan kemampuan memobilisasi massa serta teknik pembentukan opini massa dan dimungkinkan memiliki ambisi. Apabila mereka memiliki motif tertentu, juga punya pengalaman pahit di perkumpulan, mewacanakan MLB NU sangat dimungkinkan.

Baca Juga :  Kegaduhan di TTU Disulut Orang Bodoh

Bagi para penggerak yang berasal dari mantan struktural, kemungkinan mereka dalam delima. Satu sisi, berdasarkan konstitusi perkumpulan, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ( AD/ART ) serta Perkum, seperti jauh api dari panggang menyelenggarakan MLB, karena mereka bukan pengurus, bukan struktural yang memiliki hak. Tetapi, ada keinginan yang kuat untuk tetap menyelenggarakannya dengan argumentasi yang menurutnya kuat.

Dalil yang dipakai oleh mereka, antara lain PBNU hasil muktamar Lampung melakukan kontroversi, mencampuri urusan PKB, banyak kiai yang kecewa terhadap kepemimpinan PBNU, miss management dalam pengelolaan organisasi, Bendum divonis korupsi, politisasi peringatan satu abad dan pemecatan beberapa pengurus di beberapa level.

Bagi mereka yang tahu konstitusi organisasi dan mau tahu atau menyadarinya, dalil seperti itu tidak bakal mempan. Apalagi didalilkan oleh mereka yang berada di luar struktur dan tidak didukung oleh struktur di semua level. Sebaliknya, bagi mereka yang mengetahui konstitusi dan tidak mau tahu, wacana tersebut tetap digelorakan walau spekulatif. Karena itu dimungkinkan mereka dalam delima dan berharap ada respon positif dari struktur perkumpulan.

Masih Misteri
Gerakan wacana MLB NU sudah berlangsung lama. Ini artinya, mereka memiliki nafas panjang dan logistik yang signifikan. Pertanyaannya, mengapa mereka tetap memiliki nyali dan nafas panjang?. Padahal, probabilitas keberhasilannya sangat kecil, bahkan bisa gagal total. Siapa tokoh atau mister X di balik gerakan tersebut?.

Untuk mengetahui ada tidaknya mister X sekaligus kalau ada siapa mereka, bukan hal yang sederhana. Misalkan ada, mereka dapat dipastikan orang “profesional” dan memiliki skill plus di bidang management konflik. Mereka pasti silent, sebelum eksekutornya sukses.

Sebenarnya bisa dibuat asumsi yang didasarkan pada motif yang didalilkan. Ada irisan dengan partai politik, ada dimensi leadership ketum PBNU, hegemoni dan persoalan personal. Tapi semua itu subyektif dan kualitatif.
Menganalisis sesuatu yang subyektif akan melahirkan konklusi yang sumir.

Baca Juga :  Menakar Masalah di Syahbandar Molawe.

Melihat dari pola yang ada, diduga ada aktor “profesional” yang ikut main. Diduga pula, ada beberapa interes yang memeliharanya. Adu kekuatan sekaligus adu kepentingan. Mereka saling mencari dan memanfaatkan momentum. Akan sangat beresiko manakala mereka melibatkan eksternal NU.

Beberapa bulan lalu, ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, wacana MLB NU dilakukan oleh orang orang pengangguran. Pada saat yang sama PWNU dan PCNU menyatakan menolak MLB NU. Tapi mereka dengan bendera presidium penyelamat organisasi dan MLB NU meresponnya bahwa MLB NU tetap akan dilaksanakan pertengahan sampai akhir Desember 2024, di Surabaya.

Awal Desember 2024, PWNU dan PCNU juga memperbarui komitmennya menolak wacana MLB NU. Ditegaskan, tidak ada PWNU dan PCNU yang mendukung rencana tersebut.

Melihat respon negatif dari struktural NU di semua level, wacana MLB NU tidak akan berhasil, dalam arti benar konstitusional dan mendapatkan dukungan. Apalagi benar secara konstitusional.

Anggaran rumah tangga NU, bab XXI tentang Permusyawaratan Tingkat Nasional, pasal 74, dijelaskan, bahwa MLB dapat diselenggarakan apabila Rais Aam dan atau Ketum PBNU melakukan pelanggaran berat terhadap ketentuan AD/ART. MLB dapat diselenggarakan atas usulan sekurang kurangnya 50 persen plus satu dari jumlah wilayah dan cabang. MLB dipimpin dan diselenggarakan oleh PBNU.

Soliditas dan kohesitas struktural PWNU dan PCNU, mengafirmasi MLB NU tidak mendapat tempat di kalangan struktural. Tidak mudah menyelenggarakan MLB NU, karena sejarah telah mencatat, wacana MLB NU selalu mardud atau tertolak. Seorang Abu Hasan saja tidak berhasil, apalagi “Abu Abu” lainnya. Bola dunia NU tidak mudah digeser dari porosnya, demikian pula talinya tidak mudah dilepaskan, karena sudah diikat begitu longgar. Artinya, NU memberikan ruang dialog cukup longgar, karenanya tidak perlu MLB. [rls/red]

*Penulis kader NU, tinggal di Boyolali

 

Ikuti Zonanusantara.com untuk mendapatkan informasi terkini.
Klik WhatsApp Channel & Google News

Related posts