Mgr Emeritus Hubertus Leteng: “Tabernakel Hidup” yang Kontroversial?*

Mgr Emeritus Hubertus Leteng: &Quot;Tabernakel Hidup&Quot; Yang Kontroversial?*
DPRD BONE
Sosmed-Whatsapp-Green
Zonanusantara.com Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Mgr Emeritus Hubertus Leteng: &Quot;Tabernakel Hidup&Quot; Yang Kontroversial?*

Oleh: Pieter Sambut

 

Saya mengenal Mgr Hubert sejak 1975, ketika saya masuk SMP Seminari Pius XII Kisol. Sejak itu kami hidup satu atap selama kurang lebih 11 tahun (5,5 tahun di Kisol dan 5,5 tahun di Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret). Dia kakak kelas/tingkat, setahun di depan saya.

Dari pengalaman selama hidup bersama di Seminari Rendah dan Seminari Tinggi, saya melihat Hubert Leteng adalah sosok calon imam yang menjadi panutan. Dia tekun belajar (kutu buku), rajin berdoa (devosi kepada Bunda Maria), rajin bekerja, ringan tangan layani sesama, jarang marah, sopan, rendah hati dan bersahaja, tidak suka konflik, tampil apa adanya dan tentu saja tidak suka omong yang berkaitan dengan “bau 6” (sex).

Ketekunannya dalam doa dan kehidupan spiritualnya yang terawat baik membuat teman-temannya menjuluki dia sebagai “Tabernakel Hidup dan Santo yang kelihatan.” Hubert juga seorang penulis yang produktif, baik di Mading Puspita (Kisol) maupun di majalah Biduk (Ritapiret). Tema tulisannya selalu berkisar soal agama, iman, harap dan kasih. Setahu saya, dia tidak berminat mengirim tulisannya untuk dipublikasikan di media umum seperti majalah Hidup atau Busos, misalnya. Padahal banyak yang kirim tulisan, termasuk saya. Lumayan, ada honornya.

Secara akademik, Hubert termasuk siswa/mahasiswa berprestasi. Dia termasuk orang pintar. Kalau tidak salah, dia salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa dari pemerintah di STFK St Paulus Ledalero. Tetapi uangnya dia tidak pernah lihat atau rasakan. Langsung ke kas Seminari.

Walaupun postur tubuhnya meyakinkan (tinggi dan besar), Hubert sama sekali tidak berbakat untuk olahraga apapun. Hanya cocok jadi penonton. Tetapi kalo di lapangan kecil – biasanya gunakan lapangan basket – Hubert termasuk starting five yang populer. Dia main sebagai gelandang di tim kecil mereka dan dijuluki Bekenbauer (mantan legenda Timnas Jerman). Dia legenda di lapangan kecil. Saya tidak tahu mengapa dia disapa Bekenbauer. Hanya tim kecil mereka yang tahu. Soalnya, cari larinya tidak meyakinkan dan tendang bola tidak bertenega.😃

Baca Juga :  Peran Elit Politik Pemilu Diundur

Angkatan kami pergi TOP tahun 1986. Teman saya Kristo Mahal dan John Tanggul TOP di Seminari Pius XII Kisol, menggantikan posisi yang ditinggalkan Huber Leteng dan Basilius Agut. Saya sendiri TOP di Paroki Reo. Sejak saat itu kami tidak hidup seatap lagi. Saya tergelincir masuk got di tengah jalan dan tidak kembali ke Ritapiret.

Mgr Emeritus Hubertus Leteng: &Quot;Tabernakel Hidup&Quot; Yang Kontroversial?*
Mgr Emeritus Hubertus Leteng

Tahun 2009, Rm Hubert Leteng diangkat oleh Paus Benediktus XVI menjadi Uskup Ruteng, menggantikan alm Mgr Eduard Sangsung, SVD yang meninggal dunia. Saya termasuk orang yang sangat antuasias menyambut kabar gembira untuk Keuskupan Ruteng, karena Rm Huber Leteng memenuhi kualitas itu. Rekam jejak kepemimpinannya tampak jelas sejak Seminari rendah. Dia pernah jadi Ketua Umum dan terakhir sebagai Praeses Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret. Saya kira , Rm Hubert sangat cocok menduduki kursi pimpinanan Keuskupan Ruteng.

*Pejuang Lingkungan dan Keutuhan Ciptaan*

Sejak ditahbiskan sebagai Uskup Ruteng, Mgr Hubert sangat konsern dengan kelestarian lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Dia mengajak umat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan sebagai rahim kehidupan. Himbauannya bukan tanpa alasan. Perambahan hutan sangat masif di Manggarai dan mengancam kelangsungan hidup manusia dan makluk hidup lainnya. Kata P. Aleks Lanur, dulu di Manggarai ada Wae Mese, tapi sekarang tertinggal wae koe; dulu ada Puar Lewe, sekarang jadi puar wokok. Ini fakta yang harus diselamatkan.

Karena itu, Mgr Hubert berdiri di garis terdepan menolak tambang dan kegiatan eksploitasi hutan untuk bisnis jangka pendek. Dia tidak saja bicara dari mimbar, tetapi memindahkan altar gereja ke lokasi tambang. Dia pimpin misa di Serise (tambang mangan), pantai Nangarawa (calon tambang pasir besi) dan pantai Pede (Labuanbajo). Dia dibenci dan disindir. Gereja Katolik Manggarai turut dibenci.

Baca Juga :  Selamat pagi, Batu!

*Sosok Kontroversial?*

Kehadiran Mgr Huber yang sejak awal diandalkan membawa pembaharuan bagi Keuskupan Ruteng, ternyata berakhir menyedihkan, kalau tidak dikatakan tragis. Dia menjadi sosok yang kontroversial dengan berbagai dugaan pelanggaran serius. Tokoh-tokoh umat bangkit melawannya. Mereka buat petisi supaya Mgr Hubert dimutasi (2014). Kursi Mgr Hubert semakin panas membara ketika sejumlah imam menentangnya dan menuntut agar Mgr Huber mengundurkan diri dengan dugaan melanggar perintah ke 6 dan ke 7 dari 10 Perintah Allah (2017). Mgr Hubert akhirnya mengundurkan diri dan diasingkan dari tanah kelahiran dan medan pelayanan kegembalaanya hingga maut menjemputnya Minggu dini hari 31/7 di RS Boromeus, Bandung. Menyedihkan😭😭😭

Mgr Hubert memang bukan orang suci, tapi saya kira beliau orang baik. Setidaknya itu terbukti dari sependek kebersamaan kami. Bahwa dia berubah menjadi pribadi yang kontroversial, justru itu jadi pertanyaan buat saya. Hanya Mgr Hubert dan Tuhan yang tahu. Apakah dia diasingkan karena buah dari perilakunya atau ada pihak yang menggiring dan mendorongnya ke sudut sempit? Entalah! Hanya Tuhan yang tahu.

Mgr. Hubert mungkin bukan imam yang ideal atau _pastor bonus_ (gembala yang baik). Tetapi jejak komitmen, dan misi pelayananya, baik sebagai pendidik/dosen maupun sebagai gembala patut dihormati dan dihargai.

Selamat jalan teman Mgr Emeritus Huber Leteng. Teman sudah mencapai etape terakhir perziarahan di bumi fana ini dalam kesunyian. Semoga beristirahat dalam damai dan sukacita bersama para kudus di surga. Doakan kami yang masih berziarah di dunia ini.

Saya mohon maaf, jika persahabatan kita pernah dinodai kesalahpahaman dan perilaku tak terpuji, khususnya peristiwa

pada 2016. Walaupun sempat tegang, tapi  akhirnya happy ending. Kita saling menghargai dan menghormati dalam suasana kekeluargaan.

*_Testimoni ini pernah dimuat di laman Fb

Piter Sambut, wartawan senior, tinggal di Jakarta 

Ikuti Zonanusantara.com untuk mendapatkan informasi terkini.
Klik WhatsApp Channel & Google News
Dprd Bone

Related posts