Pasca Gempa Blitar, Bendungan dan Terowongan Tetap Aman

Screenshot 2021 05 24 21 58 23 772 - Zonanusantara.com
Salah seorang petugas mengecek kondisi bendungan pascagempa di Blitar belum lama ini
Screenshot 2021 05 24 21 58 23 772 - Zonanusantara.com
Salah seorang petugas mengecek kondisi bendungan pascagempa di Blitar belum lama ini

MALANG, – Perum Jasa Tirta (PJT) I memastikan bendungan yang menyimpan cadangan air dan terowongan tetap aman dan tidak terdampak gempa bermagnitudo 6,2 yang terjadi pada Jumat (21/5).

Kepastian itu diperoleh dari hasil pemantauan visual dan pengecekan fisik, tentang kondisi bendungan dan terowongan yang hingga saat ini masih dalam keadaan normal.

Read More

“Setelah terjadi gempa, kami lakukan pengecekan kondisi delapan bendungan dan dua terowongan yang kami kelola, dan hasilnya masih dalam kategori aman,” kata Direktur Utama (Dirut) PJT I, Raymond Valiant Ruritan, Senin (24/5).

Baca Juga :  Perjalanan Gemilang SD Negeri 10 Manurunge, Mengukir Sejarah Baru dengan Penghargaan Adiwiyata

Menurut Raymond, delapan bendungan tersebut tiga berada wilayah di Kabupaten Malang, yakni Bendungan Sengguruh, Sutami dan Selorejo. Dua berada di Wilayah Kabupaten Blitar, yakni Bendungan Lahor dan Wlingi, sedang sisanya seperti Bendungan Wonorejo di Tulungagung, Bendungan Bening di Madiun, dan Bendungan Wonogiri di Jawa Tengah.

“Alhamdulillah delapan bendungan kami aman, tidak ada retakan dan pergeseran atau rembesan air akibat gempa tersebut,” jelasnya.

Selain bendungan, lanjut Raymond, PJT 1 juga melakukan pemeriksaan pada terowongan yang dikelola PJT I, yakni Terowongan Tulungagung I atau dikenal dengan nama Terowongan Niyama yang dibangun tahun 1961, dan Terowongan Tulungagung II atau Terowongan Tulungagung Selatan.

“Dua terowongan itu juga kami pantau kondisinya, terowongan-trowongan itu meski usianya cukup tua, tapi kondisinya masih cukup aman dan tidak ada tanda-tanda retakan atau pergeseran,” terangnya.

Baca Juga :  "Pocong"Dilibatkan Dalam Sosialisasi Bahaya Covid19

Sebab, tambah Raymond, pemantauan tersebut perlu dilakukan karena dalam dua bulan terakhir ini ada tiga kali gempa yang berkekuatan diatasi 5 magnitudo.

“Pemantauan itu harus dilakukan, untuk mengetahui apakah terjadi perilaku bendungan yang berpotensi membahayakan operasionalnya atau tidak. Hasilnya langsung kami dilaporkan ke Dirjen SDA Kementerian PUPR,” tukasnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *