MALANG– Gempa bermagnitudo 6,1 yang terjadi Sabtu pekan lalu menimbulkan rasa trauma bagi para korban terutama anak – anak. Atas kejadian ini Bupati Malang, HM Sanusi meminta pihak terkait memberikan pelayanan penyembuhan psikologi (trauma healing) bagi para korban.
Kepala Bidang (Kabid) Pemenuhan Hak dan Partisipasi Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Pemkab Malang, R. Sari Ratih mengatakan, pihaknnya terus memantau perkembangan psikologis warga korban gempa, untuk memberikan pemulihan psikologi, atau trauma healing. Untuk tujuan ini lanjutnya baru bisa diberikan dua minggu setelah terjadinya gempa.
“Sesaat setelah dua hari terjadinya gempa, namanya intervensi khusus,”kata R. Sari Ratih, dikonfirmasi, Sabtu (17/4).
Menurut Sari, dalam kegiatan tersebut, Dinas P3A, menggandeng Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) untuk memberikan trauma healing, sesuai instruksi Bupati Sanusi.
“Sesuai instruksi Pak Bupati, semua pendataan harus satu pintu di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Jadi kita juga mengikuti, BPBD atau melalui relawan,” ujarnya seraya menambahkan melibatkan sejumlah psikolog dari berbagai universitas.
Sari menjelaskan, pendampingan psikologi pun disesuaikan berdasarkan jenjang umur. Trauma healing diberikan berdasarkan tingkat traumanya, yakni mulai trauma ringan, sedang hingga berat.
“Korban gempa di Kabupaten Malang mengalami trauma sedang,” paparnya.
Ia mencontohkan trauma berat itu kobrbanya
sampai linglung. Sedangkan yang ringan itu seperti sedikit-sedikit nangis.
Diketahui tiga kecamatan di Kabupaten Malang, masing – masing, Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo dan Dampit, paling banyak terdampak gempa.