RRI Malang Gelar Wayang Kulit untuk Ruwatan Massal

Rri Malang Gelar Wayang Kulit Untuk Ruwatan Massal
Foto Hendrika LW
DPRD BONE
Sosmed-Whatsapp-Green
Zonanusantara.com Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Malang, Lembaga Penyiaran Publik RRI Malang kembali menggelar ruwatan massal di halaman kantor RRI Jl. Candi Panggung, Malang, Jawa Timur, Minggu (21/7).

Ketua pelaksana, Diana Mading, mengatakan ruwatan massal menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Suro (bulan Jawa).

“Untuk tahun ini diikuti lebih dari 200 peserta dari beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Bali dan Kalimantan. Mayoritas dari Bumiaji, Batu, Malang,” katanya.

Dijelaskan, ruwatan ini untuk seseorang dengan kondisi tertentu. Seperti anak tunggal, anak kembar, dua anak laki-laki, dua anak perempuan, dua anak laki-laki dan perempuan, tiga anak laki-laki, tiga anak perempuan, tiga anak yang tengah laki-laki, tiga anak yang tengah perempuan, empat anak laki-laki, empat anak perempuan, empat anak laki-laki dan perempuan, empat anak laki-laki satu perempuan, lima anak laki-laki, lima anak perempuan.

Baca Juga :  Tak Pernah Mendapatkan Bantuan,  Ponpes Tanwirul Qulub Gratiskan Biaya Pendidikan

Mereka diyakini sebagai anak/orang ‘sukerta’ yang menjadi jatah makanan Betara Kala sehingga harus diruwat atau diselamatkan.

“Selain itu untuk orang yang merasa sial dalam hidupnya, sulit dapat jodoh, juga masalah  rumah tangga,” tambahnya.

Acara ritual dimulai sejak pagi dengan pagelaran Wayang Kulit, yang dibawakan dalang Ki H. Joko Setiono S.T, M. MT., dalam lakon Manik Maya Jagad Ginelar.

Diiringi pembacaan doa, pelepasan merpati dan ‘ngudari’ (membuka kulit) ketupat berisi beras kuning yang  bermakna pembebasan.

Dalam prosesi selanjutnya, satu persatu peserta yang mengenakan kain putih, melakukan upacara potong rambut. Potongan rambut kemudian dimasukkan dalam bejana air bunga, diberi berkat dan doa.

Baca Juga :  Pitansius Pei Hanya Lima Hari Jabat Anggota DPR RI

Ditemui seusai acara, Ki Dalang menyampaikan makna lakon wayang, yakni terbentuknya manusia dari sel telur yang melekat dengan nafsu, keraguan dan penyesalan.

“Ruwatan ini untuk melepaskan seseorang dari hal-hal tersebut,” jelasnya.

Selanjutnya Ki Dalang, mengatakan walaupun terkesan mistis, namun ini bukan klenik. Tapi budaya yang dapat dijelaskan secara logika, dan harus dilestarikan.

Salah satu peserta asal Malang, Filipe Dos Santos mengatakan ingin mengikuti tradisi leluhur demi kebaikan dan keselamatan.

“Setelah ruwatan kami merasa lega dan berharap yang terbaik untuk anak-anak kami,” katanya.

 

Ikuti Zonanusantara.com untuk mendapatkan informasi terkini.
Klik WhatsApp Channel & Google News
Dprd Bone

Related posts