Oleh : Yosef Naiobe
Tampil sederhana, jujur dan merakyat. Itulah stigma yang melekat erat pada diri seorang Ir Joko Widodo. Dengan performa tersebut mantan Walikota Solo ini harus menghadapi gelombang badai yang luar biasa. Menabur kebaikan memang tidak selamanya akan memanen kebaikan pula.
Semenjak memangku jabatan sebagai orang nomor satu di negeri ini, kursinya terus saja digoyang. Kelompok- kelompok yang tak menginginkan negeri ini dipimpin presiden bersih merasa resah. Pemimpin yang bersih tidak akan pernah mau diajak kompromi melakukan hal yang melanggar konstitusi.
Klompok ekstrimisme yang selama ini berada dalam zona nyaman dengan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) memandang Jokowi sebagai kendala dan musuh yang harus dihabisi atau setidaknya turun tahta di tengah jalan.
Kelompok – kelompok itu selalu memainkan isu sensitif agar mendapatkan simpati publik. Presiden Jokowi oleh mereka dianggapnya sebagai rejim yang menzolimi tokoh agama. Isu lain, Jokowi PKI, dan pro Aseng.
Kelompok ini, juga menggunakan media sosial sebagai panggung untuk menyerang Jokowi dengan berbagai isu hoax.
Terkini, pada Sabtu, 24 Juli 2021. Berseliweran poster melalui media sosial ajakan unjuk rasa bertema “Jokowi and Game” Meski aksi unjuk rasa tidak digelar, namun aparat mencium aroma ‘kudeta” terselubung dibalik agenda tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md mengatakan ada kelompok yang hanya memanfaatkan situasi di tengah pandemi ini hanya untuk memprovokasi saja. Pernyataan ini disampaikan menyusul beredarnya seruan unjuk rasa bertajuk Jokowi End Game.
Mahfud menyebut mereka sebenarnya tak murni ingin memberikan aspirasi pada pemerintah. “Pemerintah mengetahui sekelompok orang memiliki keinginan untuk memanfaatkan situasi,” kata Mahfud dalam konferensi pers daring, Sabtu, 24 Juli 2021. “Itu hanya ingin menentang, memanfaatkan situasi. Apapun yang dibuat pemerintah itu diserang.”
Mahfud tak menjelaskan lebih jelas siapa kelompok yang ia maksud. Namun belakangan, dunia maya tengah diramaikan oleh rencana aksi demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah melaksanakan PPKM Darurat.

Ketua Ikatan Aktivis 98 Imanuel Ebenezer menduga, rencana aksi demo bertajuk Jokowi End Game ditunggangi elite politik yang memanfaatkan situasi Covid-19.
“Kelompoknya, kita yakini adalah kelompok yang memanfaatkan wabah pandemi untuk berkuasa kembali,” Pria yang akrab disapa Noel ini menilai aksi itu hanya provokasi murahan.
Situasi politik tanah air belakangan ini bagai mengurai benang kusut. Kebenaran dan ketidakbenaran laksana minyak bercampur air. Dimensi politik itu menurut hemat saya, adalah sebuah komitmen moral untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Penulis, Anton Kurnia mengutip pendapat George Orwell, novelis dan esais asal Inggris.menegaskan partai politik yang notabene dihuni sekelompok politikus haus kekuasaan sesungguhnya tak peduli akan kebaikan bagi orang lain. Mereka hanya peduli pada kekuasaan itu sendiri. Tujuan akhir mereka setelah berkuasa hanyalah mendatangkan keuntungan bagi diri mereka sendiri atau kelompok mereka. Masa bodoh dengan rakyat.
“The Party seeks power entirely for its own sake. We are not interested in the good of others; we are interested solely in power, pure power. What pure power means you will understand presently. … Power is not a means; it is an end. … The object of power is power.”
Kekuasaan selalu identik dengan tahta, harta, wanita dan status sosial. Itulah sebabnya pesohor sekali pun akan berlomba masuk arena untuk memperebutkan kekuasaan tersebut.
Dalam hal perebutan kekuasaan, dalil – dalil kejujuran dan keadilan dalam pesta demokrasi tidak berlaku. Yang ada hanyalah prinsip bagaimana mencapai tujuan dengan menghalalkan segala cara, sebagaimana Machiavelli yang membuka lapis-lapis kebusukan praktik-praktik politik. Politik itu seperti setan yang dibutuhkan.
Berbeda dengan Plato atau Aristoteles yang berteori tentang keadilan dan kebahagiaan sebagai tujuan politik. Prinsip inilah mendasari Presiden Joko Widodo untuk terus bekerja tanpa peduli musuh menhantui.
Yosef Naiobe, Ketua Bidang Media, Tim Kampanye Nasional (TKN) Relawan Anak Bangsa, pada Pilpres 2019, sekaligus anggota panitia malam inagurasi Syukuran Jokowi – Ma’ruf Amin.