KEFAMENANU,- Tiga bulan pertama tahun 2025 menjadi masa yang penuh tantangan bagi jajaran Polres Timor Tengah Utara (TTU).
Data yang dipaparkan dalam Analisa dan Evaluasi (Anev) Kamtibmas Triwulan I menunjukkan angka Kriminalitas dan kecelakaan yang masih cukup tinggi, disertai persoalan klasik seperti konsumsi minuman keras yang belum terkendali.
Wakapolres TTU, Kompol Jimmy Oktovianus Noke, S.H., yang memimpin langsung kegiatan Anev pada Selasa (29/4), mengungkapkan pentingnya pembacaan tren kejahatan sebagai pijakan dalam penyusunan kebijakan pengamanan ke depan.
“Kita tidak hanya membaca angka, tetapi juga melihat pola, memetakan wilayah rawan, serta mengevaluasi upaya preventif yang sudah dan belum efektif,” ujar Jimmy.
Paparan dari Kabagops Polres TTU, AKP I Wayan Sujendra, menyoroti sejumlah data krusial total 216 tindak pidana terjadi sepanjang Triwulan I, didominasi kejahatan konvensional sebanyak 207 kasus. Sisanya terdiri dari kejahatan transnasional dan kasus terhadap kekayaan negara. Angka kecelakaan lalu lintas mencapai 14 kejadian, menyebabkan 2 orang meninggal dunia dan 10 luka berat.
Yang menjadi perhatian khusus adalah tingginya angka penganiayaan dan pengeroyokan, sebagian besar dilaporkan dilakukan oleh pelaku yang berada di bawah pengaruh minuman keras.
“Masalah Miras menjadi pemicu utama kekerasan antarwarga. Ini adalah tantangan sosial yang harus dihadapi tidak hanya oleh polisi, tetapi oleh seluruh elemen masyarakat,” kata AKP I Wayan.
Wilayah dengan catatan kriminalitas tertinggi berada di bawah naungan Polsek Miomaffo Timur dengan 25 kasus, disusul Polsek Noemuti yang mencatat tingkat risiko penduduk tertinggi terhadap kejahatan.
Crime clock menunjukkan bahwa kejahatan terjadi rata-rata setiap 9-10 jam, mencerminkan urgensi peningkatan kegiatan pengawasan dan pencegahan.
Dari sisi penanganan, jajaran Polres TTU berhasil menyelesaikan 62 kasus atau sekitar 29 persen dari total yang dilaporkan. Kendati belum ideal, capaian ini menjadi bukti bahwa aparat tidak tinggal diam di tengah tekanan kerja yang besar.
Menyikapi hasil evaluasi ini, Wakapolres TTU mendorong peningkatan kegiatan patroli, sambang masyarakat, hingga pendekatan berbasis komunitas sebagai strategi memperkuat sistem keamanan lokal.
Ia juga menekankan pentingnya peran aktif tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh pemuda untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman.
“Keamanan adalah tanggung jawab bersama. Polisi hanya bisa efektif jika didukung oleh masyarakat. Kita ingin bangun sinergi yang kuat untuk mengatasi persoalan ini bersama-sama,” pungkas Jimmy.
Dengan tantangan kriminalitas dan kecelakaan yang masih tinggi, Polres TTU memerlukan lebih dari sekadar tindakan represif.
Pendekatan jangka panjang yang menitikberatkan pada pencegahan, edukasi, dan partisipasi publik menjadi kunci dalam menciptakan Timor Tengah Utara yang benar-benar aman dan tertib.