BONE–Beredarnya video berdurasi 25 detik yang menunjukkan salah satu orang tua siswa SMKN 5 Bone melakukan protes karena anaknya tidak naik kelas di ruang dewan guru langsung mendapat tanggapan dari Kepala UPT SMKN 5 Bone, Andi Budirharsono. Kepala sekolah segera mengadakan pertemuan dengan seluruh guru, wakil kepala sekolah, dan orang tua siswa yang bersangkutan Rabu, 17 Juli 2024.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Hj Salma, orang tua siswa yang terekam dalam video. Hj Salma meminta maaf kepada pihak sekolah setelah menyadari bahwa informasi yang diterimanya sebelumnya adalah salah paham. “Saya mengira anak saya tidak naik kelas karena tidak memenuhi standar kelulusan tanpa ada upaya pembinaan dan pemberitahuan kepada saya. Ternyata, anak saya tetap naik kelas tetapi dengan syarat,” jelas Hj Salma. Ia juga menandatangani surat pernyataan yang berisi komitmen untuk membimbing dan mengawasi anaknya agar mematuhi aturan dan tata tertib sekolah.
Andi Budirharsono Kepala SMKN 5 Bone mengungkapkan bahwa memang ada beberapa siswa yang tidak naik kelas dan ada yang naik kelas dengan syarat. “Ada sembilan siswa yang tidak naik kelas karena tidak pernah hadir selama proses pembelajaran. Selain itu, ada 18 siswa yang dinyatakan naik bersyarat,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa SMKN 5 Bone menerapkan dua kurikulum berbeda, yakni Kurikulum Merdeka untuk kelas X, di mana penerapan kurikulum ini tidak ada lagi istilah tidak naik kelas, dan Kurikulum 2013 untuk kelas XI dan XII, yang memungkinkan siswa tidak naik kelas jika tidak memenuhi standar kelulusan.
Kepala sekolah juga membantah tuduhan bahwa sekolah tidak pernah memberitahu orang tua mengenai kelakuan anak-anak mereka. “Siswa yang bermasalah telah dibina sesuai SOP oleh guru BK dan surat pemberitahuan juga sudah dikirimkan ke orang tua, namun surat tersebut tidak pernah sampai,” jelas Andi Budirharsono. Ia menekankan pentingnya menjaga sinergitas antara guru dan orang tua siswa untuk menghindari miskomunikasi di masa depan.
Dalam pertemuan tersebut, semua pihak sepakat bahwa kesalahpahaman ini terjadi karena kurangnya komunikasi yang efektif. “Kita sudah mempertemukan semua pihak dan ternyata 18 siswa itu naik bersyarat. Orang tua siswa diminta membuat pernyataan untuk membimbing dan mengawasi siswa tersebut,” kata Andi Budirharsono.
Untuk sembilan siswa yang tidak naik kelas, Andi Budirharsono menjelaskan bahwa pihak sekolah akan menelusuri kasus mereka dan memberikan kesempatan untuk kembali bersekolah. “Jika mereka tidak mau melanjutkan di sekolah formal, kita akan mengarahkan mereka ke paket kesetaraan sebagai bentuk tindak lanjut instruksi Gubernur Sulsel untuk menekan angka anak tidak sekolah,” tambahnya.
Langkah-langkah ini diambil sebagai upaya SMKN 5 Bone untuk memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan pendidikan yang layak dan menekan angka putus sekolah di wilayah tersebut. (*)