Batu Tulis, Sebuah Drama Politik

IMG 20230502 194546 - Zonanusantara.com
Ist

Oleh : Yosef N. 

Batu Tulis itu ternyata drama politik. Penulis skenario dan sudradara digagas PDIP.  Meski demikian bukan jaminan untuk dipercaya. Siapa yang bisa mengukur kedalaman hati orang.

Read More

Semilir angin di kota Bogor bermetamorfosis dengan semburat senja di kala itu. Aktivitas disesaki hiruk pikuk di jalanan. Halimun tipis yang masih bertengger di puncak, kian mempercantik harmoni alam. Sambil menikmati secangkir kopi panas, tiba-tiba melesat dalam ingatan akan sebuah hits yang dipopulerkan penyanyi kondang Elvi Sukaesih era 1980an. Syairnya sentimentil, menyayat kalbu.

“Kau yang memulai, kau yang mengakhiri. Kau yang berjanji kau yang mengingkari,” Lagu ini mirip sekali dengan sebuah drama politik yang disusun di Batu Tulis, jelang pemilihan presiden 2014. Temanya mengusung Prabowo Subianto sebagai pemeran peran utama diusung di pilpres. Drama serial itu terus mengiang-ngiang di telinga. Prabowo harus siap melakoni proses politik sebagai calon presiden.

Perjanjian itu sangat rahasia. Tidak semua orang boleh tahu isi perjanjian itu. Situasinya steril. Informasinya pun sakral. Hanya beredar di kalangan tertentu saja. Usai penandatanganan naskah Prabowo Subianto sudah memastikan tugas maha penting yang harus dilakoni demi bangsa dan negara. Sebagai mantan Jenderal TNI-AD, tidak ada pilihan lain. Siap mengamankan amanah, bilamana perjanjian Batu Tulis tidak diingkari. Pria blesteran ayah Jawa, mama Manado dibikin tersanjung. Ia lahir dari seorang begawan ekonom, Dr. Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar.

Baca Juga :  Cari Jalan Damai Ketua DPRD Sultra Turun Gunung

Perjanjian Batu Tulis itu laksana halaman pertama untuk memulai suatu kisah. Di sana tercatat nama para penggagas dan tahun. Tak bisa diubah meski sampul diganti. Kesepakatan yang tertuang dalam sebuah perjanjian politik itu mematangkan pilihan pada mantan Danjen Kopassus itu. Meski demikian bagi Prabowo ini bukan sebuah jawaban. ia masih penuh tanya akan keseriusan sudradara yang mengusungnya pada drama politik yang bakal dipentas dipanggul politik, pemilihan presiden 2014. Pertanyaan-pertanyaan itu bekejar kejaran di benak Prabowo tapi tak pernah mencapai garis finis. Ia terkucil dari drama yang telah disepakatinya.

Mengoyak perasaan

Setiap mengingat perjanjian itu rasanya seperti syair yang direntangkan. Peristiwa Batu Tulis tak pernah menguak kebenaran. Perjanjian itu terhempas keluar dari skenario yang telah disepakati. Peran utamanya dihadapkan pada sebuah realitas yang menyakitkan.

Tidak banyak publik yang mengetahui rahasia di balik perjanjian ini. Karena itu publik menganggap hal yang lumrah dan biasa-biasa saja. Tapi bagi internal partai Gerindra maupun pengamat politik, para cerdik pandai, peristiwa Batu Tulis memiliki makna tersendiri.

Pemaknaan ini simetris dengan pernyataan Presiden RI ke 4 mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Dalam sebuah wawancara, ketika ditanya tentang siapa calon presiden yang dinilai tulus, cucu pendiri NU ini dengan lugas menjawab singkat. “Prabowo Subianto,”. Selanjutnya Gus Dur menegaskan kembali pernyataan itu bahwa Prabowo Subianto akan menjadi presiden di usia tua meski tak menjelaskan kapan waktunya. Setiap orang meyakini pernyataan Gus Dur memiliki roh. Gus Dur juga diyakini memiliki indera ke 6. Banyak kali terbukti. Pada tahun 2006 ketika mengunjungi Solo, ia menyatakan jika Jokowi menjadi Wali Kota yang baik suatu waktu bisa menjadi presiden. Bila merujuk pada ramalan Gus Dur, Prabowo Subianto, kini usianya telah melewati angka 60 tahun. Kata Gus Dur, Prabowo Subianto presiden di usia tua. Apakah Prabowo Subianto the next Jokowi?

Baca Juga :  Seuntai Kata Cinta

Perjanjian Batu Tulis, telah berlalu. Namun pernyataan Gus Dur tidak akan pernah lekang oleh waktu. Prabowo Subianto tak pernah kecewa apalagi dendam. ia terus saja membangun komunikasi dengan para penggagas drama politik di Batu Tulis. Ini menandakan jiwa kstaria sebagai seorang TNI masih mencengkeram jiwanya.

Sikap negarawan yang melekat dalam setiap tetes darahnya membuatnya tetap tegar. Ia adalah patriot dan pejuang. Prabowo Subianto selalu menyemangati diri di balik kata-kata sakti ini: Pejuang tidak pernah merasa kalah”. Kecewa? Bukan tipikal TNI. Ia tangguh dan tak mudah goyah. Tetap semangat meski dikhianati, dikibuli, dan berkali-kali dihidangkan harapan palsu. Seorang pujangga menuliskan kebimbangan itu dalam untaian kata-kata indah. Jika tujuan hanya persimpangan tak pasti, biar hati yang menjadi mata angin.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *