Bone–Sabtu, 9 Februari 2025, langit Kabupaten Bone dibalut awan kelabu sejak subuh. Gerimis yang terus turun seakan menjadi pengiring pagi yang basah. Namun, semangat para Wartawan tak surut meski waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi, saat mereka seharusnya berkumpul di halaman Gedung Pemuda untuk menuju puncak acara Hari Pers Nasional di Pantai Tete, Kecamatan Tonra.
Waktu terus bergulir, jarum jam mendekati pukul 11.00 siang. Satu per satu kendaraan para pewarta mulai memasuki halaman Gedung Pemuda. Rasa antusias yang membuncah berhasil mengalahkan dinginnya cuaca dan jalanan basah. Dengan balutan kaos oblong biru bertuliskan “Wartawan itu Pembawa Fakta, Bukan Petaka,” mereka bersiap menuju pantai berpasir putih yang kini menjadi tempat latihan militer.
Eka Handayani, wartawan yang ditunjuk sebagai penanggung jawab kegiatan, mengungkapkan makna mendalam dari slogan tersebut.
“Kondisi sekarang sudah beda. Banyak orang, terutama yang punya jabatan, seolah alergi dengan wartawan. Padahal, kami ini pembawa fakta, bukan petaka,” ujarnya penuh emosi.
Puluhan wartawan yang hadir kali ini memilih konsep kemah jurnalis untuk merayakan Hari Pers Nasional. Mereka menghabiskan malam dengan bernyanyi dan bercengkrama bersama Bupati Bone terpilih, Andi Asman Sulaiman, Dandim 1407 Bone Letkol Infanteri Moch Rizqi Hidayat Djohar, Wakil Ketua DPRD Bone Irwandi Burhan, dan Branch Manager Telkomsel Bone Andi Adi Senopati Temmattumpa.
Berbeda dari tahun sebelumnya, acara kali ini menghadirkan pelatihan jurnalistik gratis bagi siswa SMA sederajat. Peserta yang diundang pun dibatasi hanya wartawan yang benar-benar aktif dalam Peliputan.
“Kami ingin membangun ruang silaturahmi yang lebih intim dan bermakna. Wartawan butuh suasana yang lepas dari rutinitas liputan yang sering kali penuh tekanan,” jelas Eka.
Lebih dari sekadar perayaan, Hari Pers Nasional menjadi ajang refleksi para jurnalis Bone. Mereka hanya berharap komunikasi yang baik dengan para narasumber agar dapat mewartakan fakta tanpa intervensi yang tendensius.
“Kami ingin berita yang kami sajikan tetap murni fakta, tanpa titipan yang provokatif. Kalau ada hubungan yang baik dengan narasumber, kami yakin publik akan mendapatkan informasi yang berkualitas,” pungkas Eka penuh harap.
Malam itu di Pantai Tete menjadi saksi bisu bahwa pers tetap berpegang teguh sebagai pilar keempat demokrasi. Gerimis yang turun sejak pagi tak mampu membendung semangat para wartawan untuk terus membawa cahaya kebenaran. (*)