Oleh : Oswin Pace Nule
Dalam hidup manusia biasanya diperhadapkan pada dua atau lebih Pilihan. Seperti hidup atau mati, pergi atau pulang, diam atau bicara, optimis atau pesimis dan lain sebagainya. Setiap orang memiliki pilihannya masing-masing bergantung pada pengalaman dan lingkungan. Ketika kita menemui pilihan sebenarnya kita sedang bertemu dengan salah satu tanda dari kehidupan yang rumit dan kompleks. Selalu akan ada komplesitas dan kerumitan yang menuntut kita sebagai manusia yang berakal untuk mereduksi dan menyimpulkannya hingga menjadi sebuah jawaban.
Ketika membaca judul tulisan, pasti yang muncul di benak kita adalah pilihan. Apa itu pilihan? Pilihan adalah keputusan atau tindakan untuk memilih diantara berbagai alternatif yang tersedia. Ini adalah proses yang melibatkan penilaian, pemikiran dan pengambilan keputusan yang didasarkan pada preferensi, nilai atau tujuan individu. Demikian pengertian pilihan yang barangkali agak ilmiah dan sederhana.
Setelah kita mengetahui apa itu pilihan menurut pengertian diatas, penulis mengajak para pembaca sekalian untuk hanya membayangkan tentang Cinta dan Skripsi. Anggaplah itu adalah pilihan yang sangat dilematis dan harus diputuskan dalam waktu satu hari sebelum di drop out dari kampus dan dari hati sang pacar.
Tentu ketika berada dalam posisi harus memlilih, hal yang dirasakan adalah dilemah dan ragu. Ingin memilih skripsi tapi takut putus cinta. Memilih cinta tapi takut tidak wisuda. Bagi mereka yang bijaksana, pasti akan memilih Kuliah sambil tetap memperjuangkan cintanya. Sedangkan bagi mereka yang termasuk budak cinta (bucin), pasti akan melupakan kuliah untuk mengejar cintanya. Dua karakter ini sering kita jumpai dan terkadang mungkin kita sendiri pernah melakukannya. Entah sebagai si bijak atau si bucin.
Pengalaman semacam ini sering penuh tantangan dan butuh kesabaran yang tinggi. Sekalipun bucin mungkin dianggap sebagai karakter yang negatif namun tetap akan sulit hilang dari karakter orang. Lebih sulitnya lagi jika jatuh cintanya sudah terlalu dalam. Walaupun dengan wisuda akan membanggakan keluarga, namun cinta lebih dominan dihati karena dibanding wisuda cinta berada diseluruh wilayah privat seseorang. Menurut penulis wisuda memang sangat positif, namun untuk mengukur pengaruhnya terhadap pribadi orang, wisuda kalah dengan cinta.
Penulis berani bilang demikian karena efek kesenangan dari wisuda menjadi membesar karena tidak semata-mata menyenangkan hati dari (An sich) wisudawan. Kalau ingin jujur, kita senang luar biasa saat wisuda karena ada akumulasi kebahagiaan dari wisudawan sendiri, keluarga dan kerabat. Jadi kebahagiaan karena wisuda tidak sekuat kebahagiaan karena cinta. Sedangkan kebahagiaan karena cinta ia lebih dominan karena hanya dua akumalasi kebahagiaan yakni dari kebahagiaan laki-laki dan kebahagiaan perempuan.
Analisa diatas pasti bisa dipahami oleh para pembaca sekalian bahkan dapat diteruskan menjadi lebih sempurna. Perdebatan tentang mana yang lebih membahagiakan antara cinta dan skripsi/wisuda penulis gambaran dengan mungkin agak mendalam, karena memang untuk menemukan sesuatu yang jujur dan murni kita mesti terjun ke dasar.
Sebagai klarifikasi mungkin ada kesan penulis memilih menjadi bucin dan mengabaikan wisuda. Silahkan orang bebas berspekulasi begitu karena mungkin itu yang benar menurut mereka. Penulis hanya ingin menggambarkan apa yang penulis pikirkan. Selain itu penulis juga tidak bermaksud menggunakan tulisan ini untuk mempengaruhi orang melupakan kuliah karena cinta. Kedua pilihan tersebut sebenarnya baik dan tidak perlu ada yang diharamkan, selama itu dijalani dengan bijaksana dan tanggung jawab.
Semua hal didunia ini selama diotak-atik dalam wilayah rasio akan selalu memunculkan perdebatan. Kita kembali pada cinta dan wisuda. Jika kita melihat pada paska terjadinya, keduanya tetap akan meninggalkan bekas yang menyakitkan. Semisal sudah wisuda tetapi kehilangan cinta sejati tetap akan ada penyesalan. Begitupun kalau sudah menikah tapi pekerjaan menuntut gelar, pasti akan ada rasa penyesalan.
Silahkan pembaca sekalian pertimbangakan dengan bijak dan matang sesuai kemampuan dan pengalaman masing-masing. Mau pilih yang mana dan mau buang yang mana.
Kebanyakan orang tua pasti bilang buang cinta pilih wisuda. Anak muda yang bucin pasti pilih cinta buang kuliah. Kalau bai dan nenek pasti bilang cucuku pilih dua-dua saja intinya bisa dipertanggung jawabkan dengan bijak.